Mengutip Tech Crunch, keputusan ini disampaikan oleh CFO Twitter Ned Segal saat ditanyai soal peluang mantan Presiden Amerika Serikat tersebut untuk kembali memiliki akun di Twitter, terutama jika Trump kembali mencalonkan diri sebagai presiden dan terpilih pada tahun 2024 mendatang.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Segal menegaskan bahwa Twitter merancang kebijakan yang diterapkannya saat ini guna memastikan pengguna tidak mengunggah hasutan yang mengarah kepada kekerasan.
Karenanya, saat menemukan akun dengan pelanggaran tersebut, Twitter menegakan kebijakannya dan pelanggar tidak lagi akan diizinkan kembali ke jejaring sosial berlogo burung biru tersebut.
Sebagai pengingat, Twitter telah mengambil langkah tegas dengan memblokir akun Donald Trump secara permanen pada bulan Januari 2021 lalu. Keputusan ini diambil Twitter atas penilaian bahwa unggahan Trump telah melanggar kebijakan platformnya.
Pemblokiran akun Trump secara permanen ini dilakukan Twitter setelah penilaian bahasa dari kicauan Trump di platform miliknya pada bulan Januari lalu telah melanggar kebijakan di ranah glorifikasi kekerasan.
Twitter juga menegaskan kembali komitmennya untuk mengatasi peredaran disinformasi dan hoaks yang beredar di platform jejaring sosial karyanya. Komitmen ini dihadirkan Twitter melalui upaya terbaru untuk memberantas hoaks dan disinformasi di platform mereka, bertajuk Birdwatch.
Upaya ini dilakukan Twitter karena masih banyak pengguna platform yang enggan membaca kembali atau memeriksa ulang sebelum membagikan artikel ke jejaring sosial, sehingga hoaks banyak beredar di jejaring sosial.
Birdwatch akan beralih ke publik dengan upaya mendeteksi postingan hoaks atau menyesatkan. Twitter menyebut bahwa Birdwatch memungkinkan pengguna mengidentifikasi informasi di cuitan yang diyakini menyesatkan dan menulis catatan berisikan konteks informatif.
(MMI)