Momen ini tidak hanya penting bagi politik dunia tapi juga perusahaan teknologi seperti Huawei yang selama dua tahun belakang paling terdampak perang dagang sekaligus keteganagn politik antara AS dan Tiongkok.
Di bawah kepemimpinan Donald Trump, AS dan negara sahabatnya kerap melontarkan tuduhan Huawei merupakan alat mata-mata Tiongkok. Dia juga berhasil membuat perusahaan pemasok teknologi membekukan hubungan bisnis dengan Huawei.
BACA: Donald Trump Tak Ingin Berbisnis dengan Huawei
Kita ingat bahwa Huawei masuk dalam daftar hitam perusahaan yang tidak boleh menjalin bisnis dengan perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat. Apabila kebijakan ini dilanggar maka perusahaan tersebut bisa kena sanksi.
BACA: Donald Trump Perpanjang Larangan Dagang untuk Huawei
Misalnya Google yang merupakan pemasok sistem operasi Android serta ekosistem Google Mobile Service (GMS). Akibatnya, smartphone Huawei yang dirilis sepanjang tahun 2020 tidak lagi bisa menggunakan ekosistem atau aplikasi dari GMS.
Dampak negatif sekaligus positifnya adalah Huawei mengembangkan ekosistem mandiri bernama Huawei Mobile Service (HMS) yang tidak kalah bagus. Meskipun begitu tetap saja absennya layanan GMS membuat konsumen di beberapa negara termasuk Indonesia sedikit menahan diri membeli perangkat Huawei.
BACA: Huawei Mobile Service, Tantangan dan Jawaban untuk Google
Beruntung sistem operasi Android merupakan teknologi open source artinya bisa digunakan dan dimodifikasi siapa saja. Tidak sampai sini saja, Taiwan Semi Conductor Manufacturing (TSMC) yang merupakan produsen chipset pesanan Huawei juga sempat menyatakan berhenti memasok kebutuhan Huawei.
BACA: September, TSMC Mulai Berhenti Kirim Pasokan Chipset Huawei
Hal ini berakibat Huawei harus mencari alternatif atau bergerak sendiri untuk memproduksi chipset rancangan mereka yaitu HiSilicon Kirin. Kini dengan lengsernya Donald Trump maka Huawei punya peluang untuk bisa kembali berbisnis seperti sedia kala.
(MMI)