Jakarta: Anda tidak bisa menghindari pertengkaran dalam sebuah hubungan. Apalagi dalam rumah tangga yang mana pasangan harusnya sejalan, namun masing-masing punya perbedaan pemikiran.
Banyak orang bilang bahwa pertengkaran antara suami istri di depan anak dapat memberikan dampak destruktif. Namun ternyata tidak seburuk itu, karena bila Anda melakukannya dengan tepat maka ini dapat dijadikan referensi anak dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, Roslina Verauli , M.Psi., Psi, melalui pertengkaran satu individu dengan lainnya bisa menemukan hal baru demi kelangsungan sebuah hubungan yang lebih baik. Untuk itu, Anda tidak perlu merasa bersalah dan menghindarinya.
"Pertengkaran tak selalu buruk justru melalui pertengkaran suami dan istri jadi paham kebutuhan pasangannya lebih dalam. Melalui pertengkaran jadi tahu batas-batasnya bagaimana," ungkap Roslina.
Memang sejatinya Anda tidak menunjukkannya pada anak. Namun bila sudah terlanjur terjadi, Anda tidak perlu khawatir selama Anda bisa menyelsaikannya dengan cara yang tepat.
"Sebaiknya dihindari namun bila terjadi, tidak selalu buruk juga. Yang penting pertengkaran tersebut bisa mereka selesaikan. Ini jadi contoh untuk anak dalam melihat bagaimana orang dewasa menyelesaikan konflik di rumah tangga," paparnya.
Dalam prakteknya, psikolog Roslina biasanya menjelaskan pada anaknya bahwa untuk menyelesaikan suatu konflik bukan sebagai pertengkaran melainkan argumen. Penjelasan yang tepat akan membantu anak memahami situasi.
"Saya kadang-kadang konflik di depan anak, saya bilang itu argumen. Sorry I have argument with your daddy. Daddy-nya juga bilang. Awal-awal dia kaget," lanjut psikoloh Roslina.
"Jadi jelasin sama anak ini lagi argumen. Pas selesai lihat kita sudah baik. 'Is that ok for you?'. Biar dia tahu cara selesaikan masalah orang dewasa," lanjutnya.
Namun perlu diingat bahwa kerukunan tetap harus mendominasi hari-hari Anda dalam keluarga. Yang terpenting kesenangan-lah yang memiliki porsi lebih besar daripada pertengkaran.
"Jangan berantem tidak kelar-kelar. Lebih banyak berantemnya nanti anak trauma. Jadi lebih banyak kemesraan dan kebersamaan," lanjutnya.
(FIR)