Menurut Country Director SCG di Indonesia Wiroat Rattanachaisit, masyarakat yang jarang terlibat langsung dalam proses konstruksi biasanya cenderung menilai kualitas bangunan berdasarkan tampak luarnya saja.
 
Padahal ada tiga aspek vital lainnya yang harus dipertimbangkan sebelum membeli atau membangun rumah.
1. Karakteristik lingkungan
Bukan hanya soal lokasi dengan akses strategis namun juga karakteristik lingkungan yang aman dari bencana, seperti tidak berada di area rawan longsor maupun banjir.Kualitas tanah juga perlu diperhatikan, bukan tanah basah seperti bekas rawa, sawah, atau lahan gambut karena diperlukan waktu dan biaya lebih untuk membuat lahan tersebut menjadi kering dan siap untuk dibangun.
Meski demikian, apabila Anda tetap memilih lingkungan seperti ini karena pertimbangan lain, sebaiknya Anda punya rencana untuk mengantisipasi dampak lingkungan di kemudian hari.
Kondisi tanah yang basah dapat meningkatkan risiko kebocoran pada pondasi rumah, sehingga Anda perlu tahu strategi penambalan celah di tempat rembesan air tersebut.
2. Struktur konstruksi yang simetris
Ketika struktur konstruksi bangunan tidak simetris, maka pondasi akan rentan mengalami keretakan.Penyebab lainnya adalah adukan cor beton yang terlalu cepat mengering yang bisa membuat keretakan saat pengaplikasian maupun retak di kemudian hari.
Jika keretakan ini tidak ditangani dengan tepat, maka masalah ini dapat menyebabkan keruntuhan pada pondasi.
3. Pemilihan material konstruksi yang tepat dan berkualitas
Tepat dalam artian konsumen harus memilih dan mampu memperhitungkan komposisi bahan yang akan menjadi bagian tetap (bahan permanen) pada struktur bangunan (contohnya semen, pasir, kerikil, baja, beton, dan lain-lain) dan bahan pendukung lainnya yang esensial namun bukan menjadi bagian tetap pada bangunan (bahan sementara).(KIE)