
Satbravo 90-Kopasgat TNI AU dan Era Hybrid Warfare
Safriady -
12 Februari 2022 13:41 WIB

Pemerhati Kebijakan Komunikasi Militer dan Intelijen, Safriady.
Komandan Korps Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU, Marsda Eris Widodo Yuliastono, dalam seminar webinar oleh Indonesia Peace & Conflict Resolution Association (IPCRA) dan Ikatan Alumni UNHAN (2020) yang bertajuk 'Pasukan Elite Tiga Matra dan Empat Pilar MPR RI', mengungkapkan peran pasukan khusus dengan misi khusus yang memiliki keunggulan kecepatan dan fleksibilitas menjadi penting dan relevan dalam aspek penangkal, penindak dan pemulih ancaman dalam konsep perang hibrida.
Pengadopsian kemampuan perang hibrida menjadi agenda khusus Satbravo 90 dalam menghadapi perang gaya baru atau Unconventional Warfare. Satbravo 90 merupakan unit khusus dari Komando Pasukan Gerak Cepat atau Kopasgat TNI AU. Walau Usianya terbilang lebih muda, kemampuan pasukan elite TNI AU ini sejajar dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) maupun Detasemen Jala Mangkara (Denjaka).
Denbravo 90 atau saat ini dikenal dengan Satbravo 90 merupakan bagian dari Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang lahir 32 tahun silam disaat era perang dingin akan segera berakhir. Sebagai pasukan khusus, Satbravo 90 memiliki beragam kualifikasi khusus mulai anti teror, intelijen, combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut tempur, pertempuran jarak dekat hingga kemampuan demolisi.
Sejarah pembentukan Satuan Bravo 90 ini tercipta di bawah kepemimpinan Marsma TNI Maman Suparman yang merupakan Komandan Puspaskhas periode tahun 1990. Pembentukan Detasemen Bravo 90 kala itu muncul dari beberapa penggas ide, termasuk didalamnya adalah Marsdya TNI (Purn) Budhy Santoso dan Kolonel Psk (Purn) Wahyu Widjojo. Dibentuknya Detasemen Bravo di dasari konsep pemikiran resultantif mengenai majunya Iptek dan teori, data atau sejarah serta nilai atau konstruktifisme.
Kata Bravo sendiri berarti yang terbaik. Satuan ini dibentuk berdasarkan pemikiran Jenderal Guilio Douchet, di mana penghancuran kekuatan lawan lebih mudah jika harus menghancurkan kekuatan lawan dari darat, di banding fokus di udara.
Menghadapi berbagai tantangan perang hibrida, Satbravo 90 mulai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, khususnya dalam penguasaan teknologi Alutsista, komunikasi dan teknologi informasi, serta kemampuan intelijen termasuk teritorial. Dengan persiapan dan upaya maksimal tersebut, diharapkan Satbravo 90 akan mampu menjawab tantangan hybrid warfare seperti negara-negara lain di dunia.
Tiga puluh dua tahun bukan waktu singkat bagi Satbravo 90 untuk tumbuh dan berkembang menjadi pasukan khusus yang efektif dan efisien dimedan tugas. Bersemboyankan Catya Wihikan Awacyama Kapala yang berarti 'setia, terampil, berhasil'.
(JMS)
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Komentar
LOADING
BERITA LAINNYA
Copyright © 2017 - 2022 Medcom.id
All Rights Reserved / 0.2253 [54]
All Rights Reserved / 0.2253 [54]