Mitigasi adalah upaya memperkecil atau mengurangi dampak yang ditimbulkan dari suatu bencana. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masyarakat memiliki waktu emas (golden time) sekitar 10 sampai 30 menit untuk menyelamatkan diri ketika terjadi gempa besar yang memicu tsunami. Tindakan dalam golden time inilah yang akan menjadi penentu hidup dan mati seseorang.
Untuk itu, pemahaman mengenai mitigasi tak bisa disepelekan. Dikutip dari laman Ruangguru, terdapat lima cara mitigasi yang bisa diterapkan di negara rawan bencana alam. Berikut ulasannya:
1. Membuat tempat berlindung tahan gempa
Salah satu cara mitigasi yang mesti segera diterapkan pemerintah adalah mendirikan bangunan tahan gempa. Idealnya, gedung-gedung di daerah rawan bencana dirancang sedemikian rupa agar tidak ikut terguncang saat terjadi gempa.Hal ini sudah diterapkan oleh Jepang, negara yang sering diterjang gempa dan tsunami. Konstruksi bangunan di Negeri Sakura itu dirancang agar dapat bergoyang, sehingga membuatnya lebih aman.
Selain itu, kawasan pesisir pantainya juga dibangun tsunami shelter atau tempat berlindung dari tsunami. Bahkan, dilengkapi pula dengan pintu banjir untuk menahan arus air dari tsunami.
2. Kembangkan sistem pemantau bencana
Masih mencontoh dari Jepang, hal lain yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi bencana alam adalah sistem pemantau. Negara tersebut memiliki sistem yang dapat mengirimkan peringatan tsunami dalam waktu tiga menit dari gempa bumi terjadi.Selain itu, dilengkapi juga dengan sistem pengeras suara untuk menyiarkan informasi darurat kepada warga. Adapun untuk daerah pedesaan, warga setempat diberikan radio oleh pemerintah agar dapat menerima perintah mengungsi.
3. Ketahui cara melakukan evakuasi mandiri
Evakuasi mandiri merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan diri sendiri tanpa menunggu arahan dari petugas. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan, khususnya wilayah pesisir, harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal ini.Jika dirasa terjadi gempa yang kuat dan berdurasi lama, sebaiknya segera lari menjauhi pantai atau bergerak ke daratan yang lebih tinggi. Pemerintah perlu menggencarkan pelatihan mengenai evakuasi mandiri, termasuk menyediakan jalur dan tempat evakuasi.
4. Pahami status peringatan dini
BMKG biasanya akan mengeluarkan peringatan dini selang lima menit terjadinya gempa di wilayah berpotensi tsunami. Peringatan itu sendiri dibedakan menjadi tiga kategori, yakni awas, siaga, dan waspada.Awas bermakna tinggi diperkirakan lebih dari tiga meter, sehingga masyarakat diminta evakuasi segera. Pemerintah daerah setempat harus menyediakan informasi jelas mengenai jalur dan tempat evakuasi terdekat.
Siaga berarti tinggi tsunami diperkirakan berkisar 0,5 meter hingga tiga meter. Pemerintah diharapkan dapat mengerahkan warga untuk evakuasi.
Waspada artinya tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Meskipun kecil, masyarakat tetap diminta untuk menjauhi pantai atau sungai.
5. Tetap tertib dan tidak melebih-lebihkan keadaan
Siapa pun yang mengalami bencana alam pasti akan merasa panik. Namun, usahakan tetap tertib dan tidak bertindak semena-mena, apalagi membuat kericuhan saat proses pembagian bantuan. Paslanya, hal itu justru akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.Bagi warga di luar wilayah bencana, sebaiknya jangan menyebarkan kondisi yang dilebih-lebihkan. Misalnya, membuat video berisikan tangisan atau menyebarkan foto kondisi korban di media sosial.
Alih-alih melontarkan komentar pedas yang terkesan menyalahkan pemerintah, lebih baik sebarkan tips seputar mengatasi bencana, peringatan pemerintah, nomor telepon penting (call center), atau update terkini kondisi bencana. (Nurisma Rahmatika)
Baca: BNPB Gandeng Perguruan Tinggi Data Rumah Terdampak Gempa Sumbar
(REN)