Pemanfaatan teknologi AI ini diharapkan bisa memberi informasi yang lebih cepat apabila terjadi potensi adanya retakan dan lubang. Dengan begitu, tindakan pemeliharaan segera dilakukan lebih dini.
"Dari teknologi ini kita bisa memprediksi kondisi aset jalan tol sehingga pemeliharaan dapat dilakukan segera tanpa menunggu jalan tol itu rusak," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, mengutip siaran pers UGM, Minggu, 24 Januari 2021.
Menurut Danang pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan ini memungkikan pemeliharaan aset infrastruktur jalan tol lebih terjaga dengan baik. Sebab, BPJT mengatur 2.300 kilometer jalan tol yang dikelola oleh 40 badan usaha milik pemerintah maupun swasta.
"Ada 62 ruas jalan tol dengan portofolio investasi lebih dari Rp600 triliun, ini aset luar biasa," ungkap Danang.
Baca: Polgov UGM Raih Hibah Penelitian NORHED Rp32 Miliar
Selain itu, kata Danang, pemerintah berencana membangun jalan tol baru sepanjang 2.500 km hingga 2024. Sehingga, mengelola jalan tol sepanjang itu diperlukan teknologi yang lebih canggih dan tidak lagi mengandalkan metode pemetaan secara manual.
Dengan adanya data dari teknologi kecerdasan buatan dalam mengumpulkan informasi kerusakan jalan tol, maka nantinya pihak BPJT akan meminta badan usaha pengelola jalan tol melakukan perbaikan langsung. Sebab, sudah ada standar minimal pelayanan jalan tol.