Muhadi menuturkan pertemuan memiliki makna sangat signifikan. Sebab, pertemuan berlangsung saat perkembangan politik internasional yang memungkinkan terjadinya ancaman perang nuklir.
Apalagi, sudah ada perang Rusia dan Ukraina di Eropa, rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok di Asia Pasifik, maupun ketegangan di Timur Tengah dan Semenanjung Korea. “Semua melibatkan negara-negara yang memiliki atau diindikasikan memiliki senjata nuklir,” kata Muhadi dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 28 Juni 2022.
Muhadi menyebut pertemuan ini jelas mencerminkan kehadiran TPNW sebagai bagian penting dari rezim nuklir internasional untuk menghapuskan senjata nuklir. Kehadiran negara-negara yang bukan negara pihak, termasuk negara-negara yang menentang TPNW dalam pertemuan tersebut menunjukkan TPNW tidak bisa diabaikan keberadaanya.
Bahkan, salah satu negara yang menolak kehadiran TPNW dalam pernyataannya mengatakan negaranya menolak TPNW tetapi kebijakan-kebijakannya sangat sejalan dengan TPNW.
Hasil yang dicapai dalam pertemuan tersebut, kata Muhadi, peserta menyampaikan pesan yang sangat kuat serta komitmen sangat tinggi dari negara-negara pihak yang berhasil mengatasi pesimisme. TPNW tidak akan berjalan karena tidak didukung oleh negara-negara besar dan pemilik senjata nuklir.
“Pertemuan tersebut bukan hanya menghasilkan deklarasi yang menegaskan komitmen negara-negara pihak untuk memperjuangkan terwujudnya dunia bebas dari senjata nuklir, yakni semua negara menjadi pihak dari TPNW dan semua senjata nuklir dimusnahkan,” kata dia.
Pertemuan juga menghasilkan rencana aksi konkret untuk mengimplementasikan TPNW. Termasuk, universalisasi TPNW serta pemberian kompensasi bagi korban dan rehabilitasi lingkungan yang terdampak senjata nuklir ataupun uji coba senjata nuklir.
Muhadi menegaskan TPNW bukan tujuan akhir. Dia menuturkan hal-hal yang dicapai dalam pertemuan pertama negara-negara pihak tersebut baru langkah awal dari sebuah perjalanan yang panjang.
“Dukungan lebih banyak negara terhadap TPNW sangat diperlukan. Semakin banyak negara mendukung TPNW, akan semakin kuat legitimasi dan status TPNW sebagai kerangka legal bagi perlucutan senjata nuklir,” tutur dia.
Muhadi menuturkan meskipun belum meratifikasi TPNW, Indonesia hadir dalam pertemuan tersebut dan aktif berkontribusi dengan menyiapkan paper bersama Austria dan Costa Rica terkait dengan universalisasi TPNW. Delegasi Indonesia juga aktif memberikan pandangan dalam setiap isu yang dibahas, menegaskan komitmen Indonesia untuk perlucutan senjata nuklir dan TPNW, serta menginformasikan bahwa proses ratifikasi sedang berjalan.
“Kita berharap proses ratifikasi segera tuntas dan Indonesia bias hadir sebagai negara pihak dalam pertemuan tahun berikutnya yang dipimpin oleh Meksiko," tutur dia.
Baca juga: Teknologi Nuklir Dukung Pencegahan Stunting di Indonesia |
(REN)