Hal tersebut secara resmi diumumkan oleh Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) UNAIR pada penghujung tahun 2020 lalu. Bagi sebagian orang yang mengenal sosok Dekan FISIP itu, kabar tersebut tentu tidak lagi mengejutkan.
Pasalnya, Bagong memang dikenal aktif menulis sejak dirinya menjadi mahasiswa. Berdasarkan data Google Cendekia, hingga kini setidaknya terdapat lebih dari 240 buku dan artikel yang telah ia tulis.
Dalam pemeringkatan Webometrik tersebut, Bagong tercatat mendapatkan nilai H-Index dan jumlah sitasi yang tinggi. Menurutnya, capaian itu turut dipengaruhi oleh kuantitas tulisan.
“Mungkin karena saya kan sudah lama menulis, mulai dari mahasiswa sampai sekarang. Itu mungkin yang membuat skor saya tinggi. Ketika semakin lama menulis, peluang sitasi lebih besar,” ungkap Bagong dikutip dari siaran pers, Jumat, 8 Januari 2021.
Bagi dosen berusia 55 tahun itu, menulis tetap menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi ketika karya yang dihasilkan dapat dikutip oleh orang banyak.
Data dari Google Cendekia mengungkapkan, buku Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan yang ia tulis bersama rekannya pada 2004 telah disitasi sebanyak 820 kali. Lalu disusul dengan Metode Penelitian Sosial: Berbagi Alternatif Pendekatan (2015) dengan 730 sitasi. Serta Metode Penelitian Sosial (2005) sebanyak 633 sitasi.
“Saya relatif terus menulis. Setiap tahun ada kegiatan penelitian yang saya lakukan, ada artikel saya tulis, ada buku yang saya terbitkan,” katanya.
Baca juga: Tim Bimasakti UGM Raih Prestasi di Formula Student SAE Australasia
Namun yang paling penting, sambungnya, menulis harus istikamah. Artinya terus berlanjut terutama pada bidang-bidang yang sedang ditekuni.
Mengenai prestasi yang ia dapatkan, Bagong meyakini bahwa hal tersebut adalah salah satu cara untuk membangun budaya akademik. Tujuannya mendorong dosen untuk berkarya lewat tulisan.
“Semoga ini bisa jadi ilham bagi teman-teman yang lain untuk terus berproduksi menulis dalam bentuk apapun. Mau artikel popular yang sederhana, menulis artikel jurnal, atau menghasilkan buku,” pungkasnya.
(CEU)