"Selama 15 tahun tidak ada perkembangan dalam mutu pendidikan Indonesia yang disebabkan karena sikap komplasen (puas) bangsa Indonesia terhadap dunia pendidikan. Semua orang menganggap semuanya baik-baik saja," kata Indra kepada Medcom.id saat menyampaikan hasil evaluasi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, Rabu, 21 Oktober 2020.
Padahal, kata Indra, jika melihat skor Programme for International Student Assessment (PISA), kondisi Indonesia berada pada posisi yang sangat memprihatinkan. Skor PISA Indonesia tak pernah mencapai skor rata-rata negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Baca juga: Setahun Jokowi-Ma'ruf, Program Pendidikan Dinilai Minim Kebaruan
Indonesia mendapatkan skor PISA 379 untuk numerasi dibandingkan rerata negara-negara OECD di 489. Dan untuk sains Indonesia mendapatkan skor 396 sedangkan rerata negara-negara OECD di 489.
"Kondisi saat ini SDM Indonesia jauh dari kata unggul, karena berada jauh di bawah rata-rata negara lain," sambung Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas) itu.
Menurutnya, pembenahan bisa dimulai dari pendidikan literasi dan numerasi. Indonesia masih tampak lemah pada hal tersebut.
Menurutnya dua hal itu menjadi sangat penting. Dia membeberkan hasil kajian Bank Dunia, yakni soal kemampuan literasi dan numerasi Indonesia dibahasakan sebagai functionally illiterate atau bisa membaca tetapi tidak paham makna dari apa yang dibaca.
"Dari sana dapat diartikan SDM Indonesia tidak mampu untuk belajar apapun karena tidak paham. Tidak mampu belajar artinya bukanlah SDM yang unggul," pungkas Indra.
(CEU)