Pasalnya, pada semester baru, satuan pendidikan akan difokuskan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Maka dari itu, bantu kuota gratis ini tidak lagi dikirimkan dan berakhir tahun ini.
 
Meski demikian, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto mengatakan, sebaiknya program tersebut tetap dilanjutkan namun dengan porsi kuota yang dikurangi. Mengingat bahwa bantuan ini sangat direspons positif.
"Anak-anak itu tetap ada yang kegiatan belajar mengajar secara daring sekaligus memperkaya PTM, itu kan lebih seru kalau yang ada sifatnya daring. Porsi kuota dikurangi, tapi mereka tetap PTM," jelas dia kepada Medcom.id, Jumat, 31 Desember 2021.
Baca: 2022, Kemendikbudristek Diharapkan Beri Perhatian Khusus Pada Daerah 3T
Menurtnya, penggunaan teknologi pada 2022 masih akan diperlukan. Saat ini pun, semua guru juga sudah terbiasa menggunakan kombinasi belajar offline dan online.
"Tidak di-nol-kan sama sekali harusnya (kuota gratis), perlu ada bantuan agar tercipta pembelajaran hybrid, saya percaya materi digital bisa memperkaya PTM. Selama pandemi, melakukan pembelajaran daring, itu manfaatnya besar untuk memperkaya proses pembelajaran," jelas dia.
Selain itu, ia meminta agar Kemendikbudristek tidak menyamaratakan permasalahan yang ada terkait pemberian kuota tersebut. Kebijakan harus melihat masalah di masing-masing daerah.
"Saran buat pemerintah, melihat secara tidak digeneralisasi, tapi dilihat per wilayah sehingga lebih tepat sasaran penggunaan anggaran. Mana yang wilayahnya masih perlu diberikan bantuan kuota kan seharusnya ada datanya," ungkapnya.
(AGA)