Masih berdasarkan laporan tersebut, kenaikan sebesar 20 persen tersebut telah menghapus capaian yang diperoleh dalam dua dekade terakhir. Dikutip dari laman UN News, total angka penutupan sekolah sejak awal pandemi virus korona telah mengganggu kegiatan sekolah selama rata-rata 25 minggu.
Kerugian tertinggi diproyeksikan terjadi di wilayah Amerika Latin, Karibia, Asia Tengah dan Asia Selatan. UNESCO pun menyebut kondisi ini sebagai "bencana generasi". Untuk itu UNESCO merekomendasikan sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan pendidikan.
Di antaranya seruan untuk membuka kembali sekolah dengan dukungan yang lebih besar bagi para guru, kemudian inisiatif untuk mencegah siswa putus sekolah, dan percepatan ketersediaan perangkat pembelajaran digital.
Baca juga: Mahasiswa Fisip Unpad Juara II Duta Baca Jawa Barat 2021
Menanggapi hal tersebut, Praktisi Pendidikan dari PesonaEdu, Hary Candra mengatakan bahwa keputusan pemerintah untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas dapat dimaklumi meskipun itu merupakan keputusan yang dilematis.
"Suasananya betul-betul dilematis, pertimbangan antara kesehatan dan kualitas pendidikan yang menurun karena PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)" kata Hary, dalam Diskusi Pendidikan tentang Pembelajaran Daring dan PTM Terbatas, yang digelar daring, Selasa, 6 April 2021.
Hary menyakini, dari laporan terbaru UNESCO yang mengatakan 124 juta anak di seluruh dunia kehilangan kemampuan membacanya, Indonesia memberikan kontribusi yang cukup besar. "Ini cerita tentang lost generation, bukan karena meninggal, namun karena kemampuan membacanya menurun banget dan itu disaster," tegasnya.
Menurutnya, kehilangan kemampuan membaca yang terjadi pada ratusan juta anak ini perlu direspons dengan serius. Meski di satu sisi ia memahami ancaman kesehatan yang membayangi jika PTM Terbatas diterapkan.
Bagaiman anak harus dipastikan pengawasannya tidak hanya ketika berada di sekolah, namun juga ketika berada di jalan, angkutan umum saat menuju dan pulang dari sekolah. "Dari unsur kesehatan tetap butuh kehati-hatian ekstra," terang Hary.
(CEU)