Menurut Komarudin, lebih banyak lulusan perguruan tinggi yang merasa tidak pede masuk dunia kerja, jumlahnya sebanyak 54 persen. Lalu, 33 persen percaya diri, dan 13 persen tidak tahu.
"Ini miris baik kita sebenarnya, baik bagi lulusannya, maupun dunia kerja. Mudah-mudahan bisa dimaklumi dunia kerja karena kondisi yang ada," kata Komarudin dalam webinar 'Solusi Krisis Pedagogik dalam Pembelajaran Jarak Jauh', Rabu, 31 Maret 2021.
Sementara itu, sebanyak 71 persen lulusan perguruan tinggi di masa pandemi merasa cemas untuk memasuki dunia kerja. Hanya ada 28 persen yang merasa tidak cemas untuk memasuki dunia kerja.
Baca: Rektor UNJ Beberkan Kondisi Perkuliahan Selama Pandemi
Data ini diolah dari hasil survei indeed website per Maret 2020 dan hasil survei psikososial masyarakat Indonesia di masa pandemi covid-19 Persakmi dan Ikatan Alumni (IKA) FKM UNAIR.
Menurut Komarudin, pandemi covid-19 telah terjadi krisis pedagogik selama masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pedagogik, kata dia, adalah sebuah proses pengasuhan pendidikan, pembimbingan anak didik untuk mencapai tujuan.
"Sentuhan PJJ ini masih terbatas. nah bagaimana keterbatasan itu dibuka. Sehingga proses pedagogik tidak lagi mengalami krisis," ujarnya.
Ia mengatakan, harus ada jalan keluar untuk mengatasi masalah krisis pedagogik. Bisa dengan pembelajaran di luar jadwal, guru kunjung, atau dengan model lainnya. Walaupun masih ada kendala yang dihadapi, Komarudin optimistis solusi atas krisis pedagogik ini bisa mencapai titik temu.
"Kunci pedagogik adalah bagaiamana pesan sampai ke peserta didik sampai secara optimal," ujarnya.
(AGA)