Perjalanan studi Cesaara tak selalu mulus. Ia mengaku program studi yang ditempuh bukanlah pilihan utamanya. Belum lagi stereotip negatif yang tersemat pada jurusan Fisioterapi yang ditempuhnya.
 
"Ngapain cewek sekolah tinggi-tinggi kalau pas lulus jadi tukang pijat?," pernyataan itu yang kerap diterima Cessara.
Semakin banyak komentar negatif, rupanya justru membuat Cessara termotivasi untuk mematahkan stereotip tersebut. Pada 2019, ia bersama kedua temannya nekad mengikuti konferensi di Taiwan, yang akhirnya menjadi titik baliknya dalam menekuni bidang Fisioterapi.
"Peserta di sana sangat bangga dengan jurusan mereka. Mereka bangga jadi bagian dari masa depan fisioterapi, dan saya tahu saya masih tertinggal jauh," jelas Cessara mengutip siaran pers Unair, Senin, 6 Desember 2021.
Ia berkeinginan untuk menyadarkan masyarakat kalau fisioterapi bukanlah tukang pijat, namun merupakan tenaga kesehatan profesional yang mempelajari ilmu terapan lain.
"Fisioterapi punya banyak spesialisasi, contohnya di bidang olahraga, muskuloskeletal, fisioterapi anak, jantung, dan sebagainya," sebutnya.
Baca: Guru di Makassar Ciptakan Metode Belajar Melalui Video Bagi Siswa Tunagrahita
Tak hanya tekun dalam berkuliah, wisudawan kelahiran 1999 ini juga diketahui menggeluti cabang olahraga Badminton. Kegemarannya tersebut rupanya mengantarkan Cessara mengharumkan nama Universitas Airlangga, saat meraih peringkat runner-up di Lima Badminton: McDonald’s East Java Conference Season 6.
Selain itu, prestasinya dalam olahraga bulutangkis juga dibuktikan dengan capaian juara satu pada Badminton Rektor Cup Unair 2019. Kesukaannya dengan bulutangkis justru tak membuatnya jauh dari ilmu fisioterapi yang dipelajarinya.
"Karena ilmu fisioterapi ini ilmu yang aplikatif, jadi sangat berguna saat bertemu dengan teman-teman atlet, karena bisa membantu menjelaskan soal kondisi, tips, sekaligus menyarankan rehab yang dilakukan," jelas dia.
Di akhir masa studi D4-nya, mahasiswa yang tidak memiliki target IPK tersebut, diberikan kepercayaan oleh dosen untuk mengkoordinir dan menulis buku bersama teman-teman satu jurusan. Terbitnya buku berjudul 'Pendidikan Interprofesional Gangguan Muskuloskeletal' tersebut menjadi bukti pencapaian sekaligus kerja keras yang dilakukan Cessara sebagai mahasiswa yang bangga menjadi bagian dari program studi Fisioterapi Unair.
(AGA)