Tim Banoo terdiri dari mahasiswa dan alumni UGM yaitu Fajar Sidik (Alumnus Teknik Mesin 2012), Azellia Alma Shafira (Alumnus Manajemen 2016), Lakshita Aliva Zein (Perikanan 2016), Muhammad Adlan Hawari ( Alumnus Eektronika dan Instrumentasi 2015) dan Fakhrudin Hary Santoso (Alumnus Perikanan 2015). Tim Banoo berhasil menyisihkan 2.600 pendaftar dari 135 negara serta menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia.
Salah satu anggota tim Banoo, Azellia, mengungkapkan pengembangan teknologi perikanan berbasis IoT tersebut dilatarbelakangi keprihatinan akan kondisi budi daya perikanan di Indonesia yang belum maksimal. Sebab, sistem budi daya ikan yang masih konvensional dan ekstensif. Padahal, Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar.
"Inovasi ini bisa membangun ekosistem budi daya perikanan yang lebih efisien, intensif dan inklusif sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para petani ikan," kata Azellia melalui keterangan tertulis, Sabtu, 12 September 2020.
Baca: Siswa MAN 2 Tasikmalaya Jadi Finalis Indonesia Youth Icon 2020
Teknologi yang dikembangkan dapat meningkatkan kualitas air kolam secara otomatis. Dengan implementasi teknologi tersebut petani dapat memanen ikan dalam jumlah lebih banyak dan waktu yang lebih pendek.
"Banoo mampu meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air sehingga pertumbuhan ikan bisa meningkat hingga 40 persen. Selain itu, masa panen ikan pun menjadi lebih pendek tiga bulan," paparnya.
Dia menjelaskan, Banoo dilengkapi teknologi microbubble generator mampu meningkatkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Lalu, IoT sensor yang bisa secara otomatis menyalakan microbubble generator. Sementara sumber energi memakai panel surya sehingga selain menghemat listrik, Banoo juga bisa dipakai di daerah terpencil yang belum terjangkau listrik.
(AGA)