"(Ariza) itu bisa jadi poros sendiri," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin kepada Medcom.id, Senin, 25 Januari 2021.
Ujang menilai nama Ariza cukup kuat di DKI. Sebelumnya, dia pernah menjabat sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta dan tokoh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
"Jadi, Jaringan di Jakarta ini sudah potensial," ujar Ujang.
Dia menyebut kekuatan Gerindra juga menjadi modal Ariza maju di Pilgub DKI. Terlebih, Gerindra berpengalaman memenangkan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno saat berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Kita tahu Anies dulu juga didukung Gerindra, Anies dan Sandiaga itu ketika maju didukung Gerindra. Jadi sangat potensial (bagi Ariza)," ucap Ujang.
(Baca: Anies dan Ariza Berpotensi Pecah Kongsi di Pilgub DKI)
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menilai bakal ada tiga poros utama dalam Pilgub DKI Jakarta. Selain Ariza, nama Anies Baswedan dan Menteri Sosial Tri Rismaharini dinilai cukup kuat.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan Anies dan Ariza kembali berpasangan. Tokoh-tokoh lain yang ngebet maju dalam Pilgub DKI Jakarta diprediksi bermunculan setahun sebelum pemilihan digelar.
"Jadi, semua serba kemungkinan, jadi sedang menghitung kalkulasi politik yang matang masing-masing," kata Ujang.
Sebanyak 101 kepala daerah meliputi sembilan provinsi, termasuk DKI Jakarta, masa jabatannya akan berakhir pada 2022. Namun, pelaksanaan waktu penyelenggaraan pilkada masih menunggu keputusan DPR.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan berpegang teguh pada amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Beleid itu mengatur pelaksanaan pilkada serentak nasional akan diselenggarakan pada November 2024.
(REN)