"Akan menyambut sangat baik jika ada program pemulangan dari pemerintah," kata Dosen Universiti Islam Antarbangsa Malaysia, Ali Sophian, dalam diskusi virtual MNC Trijaya dengan tema Perlindungan Pekerja Migran di Tengah Pandemi, Sabtu, 9 Mei 2020.
PMI itu kehilangan pekerjaan dan pendapatan akibat bisnis majikan mereka bangkrut. Hal itu terjadi karena penerapan lockdown di Malaysia.
Ali menyebut permasalahan PMI di Malaysia sangat kompleks. Mereka banyak yang berstatus ilegal. Dia menuturkan hanya 1,3 juta PMI yang memiliki dokumen atau berstatus legal, sementara 2 juta PMI lainnya berstatus ilegal.
"Jumlah yang ilegal ini sudah sama dengan populasi Bandung, populasi Surabaya. Dari sini kita simpulkan memang sangat kompleks permasalahan PMI di Malaysia, apalagi dalam masa lockdown," ujar Ali.
(Baca: Covid-19, Pekerja Migran Luar Negeri Perlu Dapat Perlindungan Sosial)
Ali mengungkapkan PMI tersebut banyak bekerja di sektor perkebunan. Perkebunan di Malaysia terdapat di kota-kota. Kemudian, adapula PMI yang bekerja di sektor konstruksi. Mereka paling merasakan dampak dari penerapan lockdown.
Kebijakan lockdown di Malaysia diterapkan sejak 18 Maret 2020. Penerapan lockdwon diperpanjang setiap dua pekan, kini Malaysia telah memasuki fase kelima.
Ali menyebut, beberapa PMI yang bekerja di sektor konstruksi mengaku mengalami kesulitan. Mereka terkendala syarat dari pemerintau setempat.
"Bahwa yang boleh bekerja hanya orang yang sudah melakukan tes covid," sebut Ali.
Mulanya, tes covid-19 dibebankan kepada perusahaan. Namun, saat ini tes dibebankan kepada karyawan dengan pemotongan gaji. Ali menduga hal ini terjadi karena adanya desakan oleh industri kepada pemerintah, sehingga mengubah kebijakan.
"Jadi, ini sungguh memberatkan mereka (PMI). Masih banyak yang belum dites yang mengakibatkan mereka belum bisa bekerja kembali," kata Ali.
Sebelumnya, pemerintah menerima kepulangan puluhan ribu PMI dari Malaysia. Mereka tiba di tanah air melalui Kepulauan Riau.
"Yang pulang itu hanya sedikit, mereka kesulitan karena lockdown ini, ke pelabuhan saja sudah mendapatkan tantangan tersendiri," beber Ali.
(REN)