“Tidak menghargai negara yang ngasih. Sombong amat. Tidak boleh congkak begitu,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Diundang Istana, Mantan Panglima ke Mana?’ Minggu, 15 November 2020.
Sebagai tokoh publik, kata Karding, Gatot harus menjadi contoh bagi dirinya dan bangsa. Menurut dia, ketidakhadiran Gatot ke Istana Presiden menjadi preseden buruk di mata masyarakat.
“Nanti ada persepsi kok budaya perbedaan pendapat sudah sedemikian jauh sampai-sampai para pemimpin saat urusan negara tidak mau ketemu,” ujar anggota Komisi I itu.
Karding menilai persepsi itu bertolak belakang dengan teladan pemimpin terdahulu. Mereka tetap bisa bersalaman bahkan makan bersama meski berbeda pendapat dan sikap politik.
“(Kebersamaan) itu yang sangat baik untuk kita pertahankan,” tegas dia.
Baca: Ketidakhadiran Gatot Dinilai Sebagai Bentuk Protes
Menurut Karding, menjadi oposisi tidak ada urusannya dengan menolak penghargaan dari negara. Sebab, kata dia, menerima penghargaan sama dengan bukti mencintai dan menghargai negara.
Gatot tidak menghadiri upacara penganugerahan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan RI 2020 di Istana Negara, Rabu, 11 November 2020. Gatot mengaku berhalangan hadir dan mengirimkan surat.
Alasan Gatot berhalangan hadir ialah karena masih dalam suasana covid-19. Dia juga menganggap penganugerahan tersebut tidak lazim diberikan pada November lantaran biasanya diberikan pada Agustus.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD memastikan Gatot tetap mendapatkan tanda jasa Bintang Mahaputra meski tidak hadir dalam acara penganugerahan. Mahfud mengatakan penganugerahaan untuk Gatot akan tetap dikirim melalui Sekretaris Militer.
(AZF)