"Kalau ganti (presiden), tidak berarti semua harus dari awal seolah-olah menafikan (usaha presiden periode) kemarin dan tidak berlaku lagi," kata Hikmahanto dalam diskusi di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Desember 2021.
 
Hikmahanto mengkritisi fenomena yang terjadi di Indonesia. Yakni, masa jabatan seorang presiden belum berakhir namun orang-orang sudah riuh membahas pemilihan umum (pemilu) berikutnya.
Hikmahanto membandingkan iklim demokrasi Indonesia dengan Amerika Serikat (AS). Presiden di AS memang tidak murni dipilih rakyat langsung namun memiliki kemewahan tersendiri.
"Mereka bisa ganti partai politik untuk jadi presiden dan mengganti ideologi tanpa mengubah haluan," kata dia.
Baca: Presiden Terpilih 2024 Diharap Prioritaskan Isu Lingkungan
Menurut Hikmahanto, hal itu terjadi lantaran birokrasi di AS kuat dan menuju satu cita-cita bersama. Indonesia belum seperti AS lantaran ada kecenderungan birokrasi berubah saat presiden berganti.
"Seharusnya saat ganti pemerintahan, ada birokrasi kuat sehingga sistem negaranya ajek. Kita harus punya seperti itu," kata dia.
(JMS)