"Berdasarkan hasil pemantauan Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok, Nusa Tenggara Timur, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah selatan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati di Jakarta, Selasa, 1 Desember 2020.
Erupsi berlangsung sekitar dua menit. Erupsi itu juga tercatat oleh seismograf dengan amplitudo maksimum 24 milimeter.
"Pos Pengamatan Gunungapi Ili Lewotolok juga melaporkan adanya suara gemuruh saat terjadi erupsi," ujar Raditya.
Hingga kini status Gunung Api Ili Lewotolok masih siaga. Masyarakat masih dilarang beraktivitas di sekitaran gunung.
"Dengan penetapan status gunung tersebut, maka PVMBG memberikan rekomendasi kepada masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok dan pengunjung atau pendaki atau wisatawan agar tidak beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya pada radius empat kilometer dari puncak," tutur Raditya.
Baca: Gunung Ili Lewotolok NTT Erupsi
Sebanyak 4.628 orang masih mengungsi akibat erupsi gunung tersebut. Para pengungsi terpisah di tujuh titik evakuasi.
"Adapun sebaran pengungsian tersebut meliputi kantor bupati lama sebanyak 3.672 jiwa, Aula Ankara ada 148 jiwa, Kelurahan Lewoleba Tengah ada 140 jiwa, Tapolangu 287 jiwa, Desa Baopana 15 jiwa, Kantor BKD PSDM 338 jiwa dan Lapangan Harnus ada sebanyak 28 jiwa," terang Raditya.
Baca: 4.628 Warga Dievakuasi Pascaerupsi Gunung Ili Lewotolok
Belum ada laporan korban jiwa dari bencana ini. Namun, para pengungsi masih kekurangan beberapa kebutuhan mendesak
"Hingga saat ini, kebutuhan mendesak yang dibutuhkan meliputi tenda pengungsian, air dan sanitasi, kebutuhan bayi dan balita, masker, selimut, alas tidur, terpal dan dukungan relawan untuk anak-anak," kata Raditya.
(SUR)