Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Mulyo Hadi Purnomo mengatakan selama ini wilayah perbatasan antar negara yang menjadi beranda negara, kesulitan mendapatkan informasi dari televisi teresterial Indonesia.
“Mereka memenuhi kebutuhannya melalui informasi yang tersedia dari siaran luar negeri,” ujar Mulyo Hadi, dikutip siaran pers, Selasa, 17 November 2020.
Lantaran sering menonton siaran televisi negara tetangga, tak heran jika bahasa Malaysia dan mata uang ringgit jauh lebih populer di sana. Dengan digitalisasi penyiaran yang akan dimulai pada 2020, diharapkan kondisi seperti itu dapat ditanggulangi.
"Sehingga kita dapat menjaga Indonesia dengan sebenar-benarnya. Bukan saja dalam tataran ekonomi, tapi yang jauh lebih penting juga menjaga negeri ini dalam tataran budaya," ujar Mulyo Hadi.
Hal tersebut disampaikan Mulyo saat memberikan sambutan dalam acara sosialisasi dan publikasi Menjaga Indonesia dan Perbatasan Melalui Penyiaran Televisi Digital, yang diselenggarakan KPI bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia di Yogyakarta (12/11).
Keluhan lain yang dialami masyarakat di daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) dan perbatasan ialah masih banyak wilayah blank spot.
“Kami sangat berharap dan yakin bahwa BAKTI dan Kominfo berkomitmen membantu wilayah tersebut yang selama ini tidak dilirik oleh pengelola televisi,” ujanya.
Tiadanya televisi yang terlibat di wilayah blank spot karena secara ekonomi wilayah itu tidak cukup menarik dan tidak cukup potensial, sehingga kemudian dilewatkan oleh televisi dalam pendirian tower antena.
KPI juga berharap dengan digitalisasi serta konsep yang diusung BAKTI dan Kominfo dapat menempatkan pemancar dan penguat antena televisi teresterial di BTS (base transceiver station) di wilayah blank spot. Hal ini akan semakin memperluas dan memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Digitalisasi penyiaran harus dimaknai sebagai hadirnya peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan alternatif siaran televisi yang jauh lebih beragam. Saat ini, di Jakarta sudah ada saluran televisi baru digital dengan format siaran bisnis, olahraga, dan dakwah.
“Mudah-mudahan ke depan dapat diikuti kehadiran televisi dengan format siaran pendidikan, anak-anak, dan olahraga yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya.
(ROS)