Surya Sahetapy mengungkapkan bahwa tidak semua orang tuli bisa bicara. Kemampuan tersebut berdasarkan faktor.
 
"Tidak semua anak bisa berbicara. Faktor bicara itu berdasarkan tingkat pendengaran mereka, investasi alat bantu dengar yang nilai puluhan-ratusan juta," terang dia melalui postingan Instagram @suryasahetapy, Kamis, 2 Desember 2021.
Faktor bicara juga dipengaruhi oleh terapi wicara yang berkesinambungan dengan biaya tidak murah. Belum lagi waktu orangtua untuk anaknya sendiri, dimana di satu sisi juga mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Belum lagi pendidikan luar biasa saat ini belum humanis. Ya ampun," lanjut Surya Sahetapy.

Mensos Risma paksa anak tunarungu bicara. Tangkapan layar
"Seharusnya digantikan pertanyaan: Nak, mau sampaikan pakai apa? Boleh tulis boleh bahasa isyarat boleh berbicara dll. Biar ibu yang belajar memahamimu," ia menyarankan.
Surya Sahetapy menyarankan agar menanyakan cara berkomunikasi yang nyaman dengan penyandang disabilitas. "Bukan kita menentukan komunikasi mereka demi kepuasan kita tanpa memahami kenyamanan mereka," tutur dia.
Surya Sahetapy singgung linguicism
Surya Sahetapy menilai sikap Risma tersebut adalah linguicism. Ia meminta agar perlakuan diskriminasi linguistik pada tunarungu itu dihilangkan."Hindari sikap linguicism ya kawan-kawan!"
Baca: Mensos Jelaskan Alasan Paksa Disabilitas Rungu Wicara Bersuara
Ia menjelaskan, linguicism merupakan pandangan menganggap orang yang menggunakan bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat.
"Bahasa isyarat merupakan bahasa ibuku, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua bukan berarti saya tidak berkompeten sebagai warga negara Indonesia," tegas Surya Sahetapy.
"Mari ROMBAK sistem sosial dan pendidikan yang kejam di Indonesia! Sebelum 2045, ya Tuhan!" tutup dia.
Kronologi Risma paksa tunarungu bicara
Peristiwa bermula ketika Risma meminta seorang tunarungu bernama Anfield naik ke panggung membawa lukisan buatannya. Kemudian Risma mengajak tunarungu lain untuk naik ke panggung. Ia meminta Aldi untuk berbicara padanya."Bisa, kamu bisa bicara. Aldi kamu bicara," ucap Risma sambil menyodorkan mikrofon pada Aldi dalam potongan video yang diunggah @Ndrews110611.
Aldi kemudian berbicara terbata-bata. "Lho, bisa lho, Aldi," tutur Risma.
Kemudian, seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin), Stefanus, naik ke panggung. Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya," ucap dia.
"Ibu saya harap sudah mengetahui soal CRBD, bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar tapi tidak untuk kemudian dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika ibu memberikan pernyataan. Mohon maaf, Bu, apa saya salah?" beber dia.
"Nggak, nggak, nggak," respons Risma.
(SYN)