“Bung Tomo sering tanpa perhitungan main mengobarkan semangat begitu saja,” kata Editor Pelaksana Jurnal Sejarah yang diterbitkan Masyarakat Sejarawan Indonesia, Andi Achdian, kepada Medcom.id, Sabtu, 7 November 2020.
Andi mengatakan lecutan semangat memang perlu, khususnya bagi rakyat Surabaya kala itu. Sejumlah peristiwa seperti penyobekan bendera Belanda dan terbunuhnya pimpinan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby, di Jembatan Merah saat berpapasan dengan kelompok milisi Indonesia membuat 'Kota Pahlawan' belum sepenuhnya merdeka.
“Tapi kadang-kadang Bung Tomo dianggap bertindak sendirian hingga menyulitkan teman-temannya,. Tapi itu proses-proses kecil (perjuangan Bung Tomo)” ujar Andi.
Salah satu kecerobohan pria kelahiran Blauran, Surabaya, 3 Oktober 1920, itu saat tak sengaja mengumumkan lokasi stasiun senjata Indonesia di Kedung Cowek. Bung Tomo membocorkan informasi itu saat berpidato di radio. Pidato itu awalnya bertujuan menyampaikan pesan untuk membagikan senjata kepada rakyat Surabaya.
Saking emosionalnya, Bung Tomo lupa radio bisa didengar siapa saja termasuk tentara Inggris. Lantas, Inggris langsung mengirim pesawat tempur untuk menghancurkan stasiun senjata Indonesia. Beruntung, kawan Bung Tomo sempat memindahkan beberapa senjata dan telah membagikannya pada rakyat Surabaya.
“Akhirnya semacam ada pengadilan untuk Bung Tomo di kalangan pemuda Surabaya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” papar Andi.
Baca: Magis Pidato Bung Tomo Bakar Semangat Surabaya
Meski begitu, Bung Tomo tetap dikenang sebagai pahlawan lantaran habis-habisan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya. Jurus pamungkas Bung Tomo untuk membakar semangat rakyar Surabaya ialah pidatonya sebelum berperang dengan tentara Inggris pada 10 November 1945. Berikut isi pidato itu:
Bismillahirrahmanirrahim.
Merdeka!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatra,
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
Dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini.
Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Akan menerima tantangan tentara Inggris itu.
Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya.
Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris.
Ini jawaban kita. Ini jawaban Rakyat Surabaya.
Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.
Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita.
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga saudara-saudara rakyat Surabaya siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak,
Baru kalau kita ditembak,
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!
(OGI)