"Audism adalah bentuk pemikiran seseorang yang menganggap orang yang dapat mendengar lebih superior dibanding orang Tuli. (Tom Humphries, 1975)," ucap dia melalui postingan Instagram @suryasahetapy, Kamis, 2 Desember 2021.
Contoh audism
Surya Sahetapy juga memberikan contoh perilaku diskriminasi linguistik tersebut. Yakni:- Tuli tidak mampu mencapai level orang dengar dalam berintelektual, berbahasa, berkarier, berkemampuan finansial, berkomunikasi, dan lain-lain
- Tuli tidak bisa jadi guru, pilot, pengacara, dokter, dan lain-lain
- Tuli tidak bisa bawa mobil
- Tuli tidak bisa kuliah
- Tidak bisa berbicara, maka tidak punya masa depan
- Bahasa Isyarat membuat orang malas berbicara
- Tidak bisa berbaur dengan orang dengar
- Tidak pakai alat bantu dengar, maka tidak sukses
- Semua orang Tuli harus dipaksa latihan berbicara supaya pintar dan sukses
- Banyak pemikiran lainnya yang menghambat kemajuan Tuli-HoH (hard of hearing) sendiri
Surya Sahetapy mengungkapkan tipe orang memiliki sikap diskriminatif seperti ini biasa disebut audist. "Semoga kakak-kakak online-ku bukan golongan audist," harap dia.
Baca: Risma Paksa Tunarungu Bicara, Surya Sahetapy: Hindari Sikap Linguicism!
Penyebab munculnya audism
Surya Sahetapy juga membahas mengapa audism bisa terjadi. Menurutnya, ini karena sistem pendidikan dan sosial memisahkan Tuli-HoH dan non-disabilitas dalam kehidupan."Kebanyakan orang non Tuli-HoH baru memahami Tuli-HoH pada usia dewasa apalagi belajar bahasa isyarat," tutur dia.

Surya Sahetapy adalah aktivis Tuli. Instagram @suryasahetapy
Surya Sahetapy juga menyatakan ada dua penyebab audism. Yaitu tidak ada guru Tuli-HoH yang mengajarkan bahasa isyarat di sekolah umum. Juga, tidak ada pertukaran pelajar di antara sekolah Tuli-HoH dan sekolah umum.
"Ini pernah saya usulkan, justru dibilang "impossible". Padahal "power" dia lebih tinggi dibanding saya. Yes, ini sudah biasa. Biasanya orang lebih mendengarkan orang dengar dibanding orang Tuli-HoH," beber dia. (SYN)