"Di tengah kehidupan yang plural seperti di Indonesia ini, kita harus memperkuat toleransi dan saling menghargai baik sesama maupun antarpemeluk suatu agama, etnis, budaya, dan lainnya," kata Robikin dalam keterangan tertulis, Senin, 30 November 2020.
Pernyataan Robikin ini menanggapi beredarnya video azan yang disusupkan lafaz jihad. Robikin menilai lafaz azan seperti itu tidak tepat dilakukan dalam negara yang telah merdeka, seperti Indonesia.
Menurut dia, jihad harus dimaknai sebagai upaya sungguh-sungguh dari segenap komponen bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional. Yakni perdamaian dunia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memakmurkan ekonomi warga, serta menciptakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
"Mari kita kokohkan persatuan dan kesatuan. Kita perkuat persaudaraan sesama warga bangsa dan persaudaraan kemanusiaan sebagai sesama keturunan anak cucu Nabi Adam AS," ujar Robikin.
Baca: Mahfud: Satgas Tinombala Kejar dan Kepung Pelaku Teror di Sigi
Robikin meminta masyarakat tidak terpengaruh dengan hasutan apalagi terprovokasi. "Agama jelas melarang keterpecahbelahan dan menyuruh kita bersatu dan mewujudkan perdamaian di tengah kehidupan masyarakat," ucap dia.
Sebuah video azan berdurasi 30 detik beredar di media sodial WhatsApp. Dalam video itu tampak lima orang pria, satu muazin dan empat lainnya makmum.
Muazin melafazkan azan. Namun, di akhir-akhir azan dia mengucapkan haiya'alal jihad, bukan haiya'alal solat. Ucapan haiya'alal jihad pun diikuti oleh empat makmumnya dengan mengepal dan mengangkat satu tangan.
Belum diketahui lokasi dalam video tersebut. Begitu juga orang-orang yang berada dalam video itu.
(JMS)