“Informasi covid-19 tidak kurang, tapi berlebihan. Saking berlebihan, pesannya tidak semuanya edukatif,” kata Tommy, sapaan karib Suryopratomo, di Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Jakarta Timur, Selasa, 27 Oktober 2020.
Tommy mengaku kerap menemukan judul artikel soal informasi covid-19 yang sensasional. Sejatinya, isi informasi dalam artikel itu tidak sesuai substansi.
Baca: Jurnalis Senior Suryopratomo: Dari Relawan Hingga Jadi Duta Besar Singapura
Maraknya fenomena ini, kata Tommy, membuat masyarakat bingung bahkan malas membaca berita soal covid-19. Mereka jenuh disuguhi berita yang tidak faktual bahkan hoaks.
Dia tidak heran masih ada 17 persen penduduk Indonesia tidak percaya covid-19. Hal itu harus dituntaskan agar publik memahami virus yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, itu betul-betul ada.
“Covid-19 bukan rekayasa tapi fakta. Ini pekerjaan yang tidak mudah dengan waktu yang pendek,” ujar mantan Direktur Utama Metro TV itu.
Tommy menyebut media berperan penting untuk menyukseskan penanganan pandemi covid-19. Sebesar 63 persen kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan dipengaruhi media.
“Perlu membangun kesadaran baru dan sejak Oktober ada kolaborasi intens antara media dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19,” tutur mantan relawan penanganan covid-19 itu.
Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengajak masyarakat terlibat aktif melawan covid-19. Caranya dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Masyarakat bisa berkontribusi lebih sesuai bidang profesinya. Insan media, contoh dia, dapat mengajak masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dan tenaga kesehatan (nakes) yang merawat pasien covid-19.
“Tidak ada kata lain bahwa tiap komponen bangsa harus ikut partisipasi. Sekecil apa pun peran serta kita, kita ikut bela negara,” tegas Doni.
(OGI)