Kepala Pusat Inafis Polri, Brigjen Hudi Suryanto, mengatakan sidik jari korban dan data antemortem dikombinasikan agar identifikasi akurat. "Ketika sidik jari tunjukkan nama si A, properti yang dibawa si A contoh cincin. Dan itu dikumpulkan di antemortem dan postmortem," ujar Hudi di Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa, 12 Januari 2021.
Sidik jari merupakan cara paling mudah dalam mengidentifikasi bagian tubuh korban. Berbeda dengan identifikasi jenazah melalui sampel DNA yang memakan waktu cukup lama. Karena itu, pencocokan DNA korban dengan keluarga dilakukan jika identifikasi menggunakan sidik jari tak bisa dilakukan.
"Karena DNA itu butuh waktu lama, semenetara sidik jari hitungan menit saja," jelasnya.
Keempat korban yang berhasil diidentifikasi ialah Kopilot Nam Air Fadly Satrianto, Asy Habul Yamin, dan Khasanah yang teridentifikasi pada har ini. Serta pramugara Sriwijaya Air Okky Bisma yang teridentifikasi, Senin, 11 Januari 2021.
Baca: Inafis Temukan 12 Titik Kesamaan Sidik Jari Korban dengan Data Kependudukan
Pesawat Sriwijaya Air dengan call sign SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pukul 14.40 WIB, Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat berjenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK-CLC itu lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pukul 14.36 WIB.
Posisi terakhir pesawat itu berada di 11 mil laut utara Bandara Soetta, tepatnya di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pesawat tercatat hendak menambah ketinggian dari 11 ribu ke 13 ribu kaki. Pesawat itu jatuh saat mengangkut 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru.
(SUR)