"Tiga hari itu mogok, pas hari libur, Jumat, Sabtu, Minggu. Kalau hari ini sudah produksi," kata salah satu perajin tempe, Sunoto, 40, di lokasi, Senin, 4 Januari 2020.
Sunoto mengaku perajin tempe sempat berencana untuk berunjuk rasa. Sebab, bahan baku tempe dan tahu, yakni kacang kedelai, melonjak tinggi.
"Sebelumnya sudah naik, tapi didiemin kok masih segitu harga kacang," kata Sunoto.
Namun, aksi unjuk rasa terhalang lantaran masih dalam masa pandemi covid-19. Akhirnya, perajin memilih mogok selama tiga hari.
(Baca: Konsumen Keluhkan Hilangnya Stok Tahu dan Tempe di Pasaran)
Harga kacang kedelai impor awalnya Rp7.000 per kilogram, kemudian naik menjadi Rp9.000 per kilogram. Sunoto menyiasati dengan menaikkan harga jual tempe sebesar Rp1.000, dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per potong.
Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan mogok produksi menyikapi kenaikan harga kedelai. Aksi mogok produksi ini dilakukan selama tiga hari di awal 2021.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan kenaikan harga kedelai impor karena ongkos angkut mengalami kenaikan. Dampak pandemi covid-19 juga menyebabkan pasar global kedelai mengalami guncangan akibat tingginya ketergantungan impor.
(REN)