“Semua informasi bisa masuk dan itu gampang menggiringnya. Ini modus yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menginfiltrasi,” kata mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen (Purn) Suhardi Alius, dalam diskusi virtual, Sabtu, 13 Februari 2021.
Suhardi menyebut penggunaan gawai berlebihan berpotensi melunturkan semangat nasionalisme. Anak muda dikhawatirkan melupakan esensi sumpah pemuda, proklamasi pada 1945, Pancasila, hingga Undang-Undang Dasar 1945.
“Bukan cuma radikalisme tapi juga hoaks, pornografi, ujaran kebencian, narkoba, dan banyak hal lain,” ujar dia.
Baca: 5 Bentuk Ancaman Teror saat Pandemi
Menurut Suhardi hal tersebut harus diantisipasi sejak dini. Pasalnya, anak muda adalah calon pemimpin Indonesia yang harus menjunjung tinggi nasionalisme.
Di sisi lain, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri itu juga menyebut Indonesia perlu kembali fokus pada Trigatra dalam sebuah negara dan Pancagatra dalam kehidupan bernegara. Supaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme bisa dicegah.
Trigatra meliputi geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam. Suhardi menyebut Indonesia berada di kawasan cincin api atau ring of fire. Pemerataan pembangunan menjadi penting agar tak ada ketimpangan antarwilayah.
“Kita ada bonus demografi harus dipastikan agar tidak jadi beban demografi dengan sumber kekayaan alam yang ada,” terang Suhardi.
Sementara itu, Pancagatra terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (sosbud), serta pertahanan dan keamanan (hankam). Seluruh poin itu harus dipastikan berlangsung dengan baik di Indonesia.
“Memang banyak yang kita hadapi tapi harus diselesaikan dengan hati, tidak bisa hanya dengan akal dan logika,” tutur Suhardi.
(ADN)