Sejak awal pandemi covid-19 melanda Indonesia pada 2020, penjualan dupa buatan perajin di Desa Dalisodo semakin merosot. Bahkan, jumlah perajin terus berkurang dan beralih mata pencaharian.
 
"Dulu ada sekitar 32 perajin dupa di Desa Dalisodo. Sekarang tinggal delapan perajin saja. Mereka yang berhenti beralih menjadi petani, peternak sapi dan bekerja di bangunan," kata Sekretaris Desa Dalisodo, Abdul Kholiq, saat ditemui Medcom.id, Kamis 27 Januari 2022.
Sejak 2001, Desa Dalisodo merupakan kawasan sentra perajin dupa. Sejumlah warga yang awalnya berprofesi sebagai petani beralih menjadi perajin dupa lantaran banyaknya permintaan, terutama dari Bali.
Baca: Sambut Imlek, Vihara Dharma Ramsi di Bandung Bersolek
Namun kini berbeda. Pesanan dupa dari beberapa tempat mengalami penurunan. Para perajin tetap melakukan pengiriman dupa sepekan sekali, hanya saja jumlahnya tak sebanyak dulu.
Sebelum pandemi, seorang perajin bisa mengirim hingga 16 ton dupa dalam sepekan. Mayoritas pengiriman didominasi pemesan dari Pulau Bali yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.
"Dulu sering lalu lalang truk angkut dupa di jalan desa ini. Sekarang sudah jarang. Beberapa tahun terakhir ini loyo. Waktu ramai-ramainya dulu, ada perekonomian sekitar Rp1 miliar per bulan yang berputar di desa ini," ungkap Kholiq.