"Kalau musim hujan itu lahan terendam. Potensinya ada di daerah selatan. Seperti, Kecamatan Sanden, Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kretek. Lahan di sana sekitar 10 hektare," kata Imawan, Sabtu, 28 November 2020.
Baca: Massa Udara Basah Sebabkan Hujan Es di Bali
Dia menjelaskan lahan pertanian di wilayah selatan yang rawan banjir juga dipengaruhi posisi yang dekat hilir sungai. Apabila debit air sungai tinggi akibat hujan deras, berpotensi meluap dan menggenangi lahan di sekitar sungai.
"Karena debit air yang banyak bisa meluap ke persawahan. Terutama di daerah Srandakan itu ada pertemuan sungai. Sehingga air bisa meluap kalau debit air tinggi. Itu sering terjadi saat hujan," kata Imawan.
Namun menurut Imawan selama musim hujan 2020/2021 yang berlangsung sejak awal November, belum ada lahan pertanian atau sawah yang rusak karena terendam. Sejauh ini dampak curah hujan tinggi masih teratasi dengan irigasi.
"Kalau yang terendam bisa teratasi, karena debit masih terkendali. Sehingga secara alami sendiri. Memang ada beberapa daerah rendah yang airnya menggenang. Tapi, sudah bisa mengalir dengan sendirinya," ujarnya.
(DEN)