"Kondisi riilnya bisa beda. Pendidikan, pengawasan. Situasi dulu dan sekarang beda. Bisa berbicara lebih jauh. Kita bisa masuk ke ruang-ruang mereka," kata Sri Sultan di Yogyakarta, Rabu, 29 Desember 2021.
 
Baca: Pemkot Tangerang Gencar Skrining Covid-19 Cegah Omicron
Dia menceritakan pernah membentuk lembaga sebagai konsultan untuk menangani masalah kenakalan anak. Saat itu, kata dia, solusi yang dilakukan tetap melibatkan orang tua dan keluarga untuk berdialog.
"Biaya untuk menangani satu (pelaku klithih) atau satu keluarga Rp4 juta. Kalau 10 orang berarti 10 keluarga," jelasnya.
Meski begitu ia menyebut fenomena klithih yang terus berulang ini tetap ditangani. Ia menyebut pernah ada tempat pendidik anak yang orang tuanya sudah tak mampu mendidik. Namun, ia menekankan situasi seperti itu perlu adanya dialog di internal keluarga.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menilai peran keluarga cukup penting dalam menekan kasus klithih. Ia mengatakan keluarga harus meletakkan nilai damai dan antikekerasan sejak dini.
"Era baru keluarga sejahtera harus memasukkan dimensi kemanusiaan dan antikekerasan agar ada poin nilai yang diinternalisasi di keluarga. Bagaimana anak kecil menghargai seseorang," kata Haedar.
Haedar juga menyoroti pentingnya lembaga pendidikan yang juga memiliki peran. Ia mengatakan lembaga pendidikan harus bisa menjadi bagian dalam mencegah peserta didik melakukan kekerasan hingga asusila.
"Hukum dan kontrol sosial harus juga ikut. Kenakalan anak remaja bisa terjadi karena masyarakat tidak memfungsikan kontrol sosial. Ketika masyarakat abai melakukan kontrol sosial akan membuat kejahatan lazim terjadi," ujar Haedar.
(DEN)