“Bukan tidak layak, kelapa itu sudah bagus. Hanya saja regulasi di Thailand itu ketat mungkin mereka perlu bantuan pemerintah untuk menangani hal ini,” kata Iwan Gunawan, di Pelabuhan Boombaru, Palembang, Selasa, 19 November 2019.
Iwan mengatakan pengembalian ekspor tak akan dipersoalkan. Pihaknya memilih introspeksi dan lebih teliti atas barang-barang yang akan diekspor.
“Penolakan itu keputusan mereka, karena memang pembeli adalah raja. Kita ambil pelajaran supaya kejadian ini tidak terulang kembali,” ungkapnya.
Tak habis akal, kata Iwan, kelapa yang kadung dikembalikan akan diolah menjadi santan dan minyak. Upaya ini dilakukan untuk menutup kerugian agar tak terlampau besar.
“Kami akan berkoordinasi dengan semua pihak. Kami berharap nanti ada Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan Thailand mengenai regulasi agar kejadian ini tidak terulang,” katanya.
Senada, Gubernur Sumsel Herman Deru menyebut, kelapa yang diekspor memiliki kualitas baik. Dalam konteks ini, pihaknya membantah mengalami kerugian besar.
“Tidak rugi karena kelapa itu kita bisa olah lagi menjadi minyak atau santan. Kita cuman rugi di waktu saja,” pungkasnya.
(MEL)