Pejabat Desa Sole, Ahad Asma mengatakan paus naas itu ditemukan pertama kali oleh Sharir, nelayan setempat. Pria berusia 34 tahun itu sedang memeriksa speedboatnya di pantai, ketika
ia mendengar suara dari benda besar yang menyemburkan air.
Ia lalu mendekat dan mendapati benda besar itu ternyata seekor paus. Kemudian dia memberitahukan temuan itu kepada warga desa. Sehingga mereka beramai-ramai berdatangan ke Pantai Kepala Lobang untuk melihat secara langsung.
Setelah melakukan musyawarah dengan Kepala Desa Sole maupun sejumlah tokoh masyarakat setempat, warga secara bersama-sama mendorong paus tersebut ke laut. Namun karena badannya terlalu besar, hewan itu akhirnya mati, karena terlalu lama terdampar di tepi pantai.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Danramil Piru Kapten Inf Atok Laturake mengatakan paus tersebut memiliki panjangnya 23 meter, lebar sekitar 4 meter. Penyebab kematian diduga karena pengaruh aktivitas kapal yang kerap melintas di perairan tersebut dan cuaca yang melanda Maluku akhir-akhir ini
sangat buruk.
Namun demikian, Danramil Atok menyatakan anggotanya juga telah melakukan pemeriksaan, dan menyimpulkan penyebab kematian karena usia yang sudah tua. Karena usianya yang terbilang sudah tua, menyebabkan ikan paus tersebut dengan mudahnya terseret arus laut dan terbawa oleh ombak hingga ke tepi
pantai.
Bangkai paus besar itu masih berada di Pantai Batu Lobang dan menjadi tontonan masyarakat sekitar. Masyarakat khawatir bangkai paus itu akan membusuk dan mencemari lingkungan.
Seperti yang pernah terjadi di Pantai Desa Iha, Kecamatan Huamual, juga di Kabupaten Seram Bagian Barat beberapa waktu lalu.
(YDH)