"Sampai September 2019, ada 23 juta pekerja Indonesia yang akan terdampak automasi. Rata-rata, 240 ribu pekerja yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja). Ini menurut saya tantangan yang harus kita hadapi lima tahun ke depan," kata Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziah, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 26 November 2019.
Menurut Ida, di era industri 4.0, akan ada banyak jenis pekerjaan di Indonesia yang terdampak automasi. Pihaknya pun mengupayakan solusi agar tak terimbas langsung ganasnya revolusi industri.
"Kita dituntut bisa bertahan. Kalau tidak maka tingjat pengangguran kita semakin meningkat," tegas Ida.
Meski begitu, kata Ida, era industri 4.0 juga diperkirakan menciptakan jutaan jenis pekerjaan baru di Indonesia. Hingga 2030, Ida memperkirakan bakal ada 27 hingga 46 juta pekerjaan baru yang tercipta dari era revolusi industri.
"Di antara jenis pekerjaan baru ini, ada 10 juta jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya," beber Ida Fauziah.
Persoalannya, lanjut dia, 57 persen pekerja di Indonesia merupakan lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Mayoritas pekerja, bekerja di sektor informal.
"Bisa dibayangkan ini tantangan yang sangat berat. Karena komposisi pekerja kita lebih besar yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah," jelas Ida.
Menghadapi era revolusi industri, Indonesia membutuhkan investasi untuk pengembangan model pekerjaan baru, program-program transisi, dan kolaborasi antara pabrik dan swasta.
"Untuk menghadapi kondisi yang akan datang, kebijakan yang fleksibel dan kondusif mutlak diperlukan. Selain itu perlindungan tenaga kerja melalui jaminan pelatihan dan sertifikasi dan menciptakan ekosistem kerja," pungkasnya.
(MEL)