Pengamat Lukisan dan Budaya, Eddi Sutriono mengatakan, konsep toleransi terutama saat perayaan Cap Go Meh di Indonesia sudah ada sejak dulu. Tidak heran jika para maestro lukis seperti Sudjojono dan Basuki Resobowo menggambarkannya ke dalam kanvas.
“Sudjojono dan Basuki Resobowo memang melukis Cap Go Meh tapi mereka berkonsep berbeda dalam karyanya. Basuki menggambar keadaan apa yang ia lihat saat perayaan Cap Go Meh. Namun, Sudjojono justru menampilkan sisi kritikal sosial pada saat itu,” ungkap Eddi.

Perbedaan dua lukisan ini juga terlihat dari pola lukisanya. Jika Sudjojono lebih menggambarkan detail personal dari persatu objek lukisanya, Resobowo justru menggambarkan suasana pesta tersebut secara menyeluruh.
“Lukisan Cap Go Meh sangat memperlihatkan bagaimana para pelukisnya dalam berkarya. pantas jika mereka menjadi maestro lukis nasional” tutur Eddi.

Meski dua objek lukisan ini memiliki makna yang berbeda, bagi kalangan seniman dan kolektor, lukisan tersebut menjadi salah satu masterpiece toleransi di nusantara. Lukisan itu menjadi potret di zaman yang berbeda.
Simak Bagaimana lukisan Cap Go Meh milik dua maestro tersebut bisa terlihat nyata dalam program dokumenter Melihat Indonesia dengan judul di Balik Kanvas Cap Gomeh yang akan tayang pada Minggu, 28 Februari 2021 pukul 08.30 WIB di Metro TV.
(LDS)