Ketua Yayasan Mojopahit, Teguh Stariaji membantah wisma di bawah naungan yayasan yang ia kelola merupakan lokalisasi. Aktivitas ratusan kepala keluarga (KK) yang mendiami wisma Yayasan Mojopahit pun tak terpengaruh dengan isu penutupan itu.
"Karena di sini bukan lokalikasi kenapa harus terpengaruh dengan isu penutupan tersebut," kata Teguh Stariaji kepada Metrotvnews.com di Yayasan Mojopahit, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (10/4/2015).
Meski demikian, Teguh mengaku ada 60 pekerja seks komersial (PSK) yang mendiami wisma dibawah naungan Yayasan Mojopahit. Jumlah ini menurun dari sebelumnya lantaran sejumlah PSK menikah dengan warga setempat.
"Kalau dulu ada sekitar 300 orang, namun sudah ada yang menikah dengan warga yang ada dalam yayasan. Dan sebagian sudah membuka usaha seperti warung makan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka," imbuh dia.
Yayasan Mojopahit berdiri di tanah seluas 25 hektare. Ada 600 kepala keluarga yang terdiri dari tuna wisma, tuna karya, dan tuna susila menetap di sana. Mereka menempati 5 hektare dari lahan Yayasan Mojopahit, selebihnya area sawah dan kebun.
Selain Yayasan Mojopahit, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga akan menutup lokalisasi yang berada di Ponorogo dan Lokalisasi Balong Cangkring, Kota Mojokerto.
(TTD)