Salah satu korban tewas adalah seorang perawat yang jatuh sakit sejak akhir Januari lalu. Ia dinyatakan tewas akibat Ebola dan telah dikuburkan pada 1 Februari lalu.
"Di antara mereka yang ikut serta dalam proses penguburan, delapan memperlihatkan gejala diare, muntah-muntah, dan pendarahan," kata Kepala Agensi Keamanan Kesehatan Nasional Guinea, Sakoba Keita.
"Tiga dari mereka meninggal dunia, sementara empat lainnya masih dirawat di rumah sakit," sambungnya, dikutip dari laman Al Jazeera pada Minggu, 14 Februari 2021.
Keita mengatakan satu pasien sempat "melarikan diri" dari rumah sakit. Namun pasien yang tak disebutkan namanya itu telah ditemukan dan saat ini sedang dirawat di ibu kota Conakry.
Menteri Kesehatan Guinea, Remy Lamah, mengatakan bahwa otoritas kesehatan "sangat khawatir" mengenai kematian akibat Ebola, yang merupakan kali pertama sejak terjadinya wabah penyakit tersebut pada 2013-2016.
Wabah Ebola sekitar lima tahun lalu pertama kali muncul di Guinea, yang kemudian menewaskan 11.300 orang di seantero kawasan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memonitor segala jenis wabah yang terjadi sejak 2016. Hari ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku telah menerima laporan mengenai dua kasus terduga Ebola di Guinea.
"Tes konfirmasi sedang dilakukan," tulis Tedros via Twitter. Ia mengatakan bahwa kantor regional WHO terus "mendukung kesiapan dan respons" Guinea terhadap kemunculan Ebola.
Untuk kawasan Afrika, Ebola telah beberapa kali muncul di Republik Demokratik Kongo. Kamis kemarin, WHO mengonfirmasi bahwa Ebola kembali muncul di RD Kongo setelah otoritas negara tersebut mendeklarasikan akhir dari wabah.
RD Kongo mendeklarasikan bahwa wabah Ebola yang berlangsung selama enam bulan telah berakhir pada November 2020. Itu merupakan wabah kesebelas Ebola di RD Kongo, yang menewaskan 55 orang dari total 130 kasus.
Baca: Kasus Baru Ebola Terdeteksi lagi di Kongo
(WIL)