Wilders menyebarkan gambar kartun Erdogan yang mengenakan topi mirip bom di kepalanya dengan teks ‘teroris’ pada Sabtu 24 Oktober 2020. Pada Senin 26 Oktober, Wilders memposting gambar kapal yang tenggelam dengan bendera Turki di atasnya. “Bye bye @RTErdogan. Keluarkan Turki dari NATO," tulis Wilders di bawah foto.
Baca: Charlie Hebdo Rilis Kartun Erdogan, Turki Marah Besar.
Pengacara Erdogan, Huseyin Aydin, mengajukan tuntutan tersebut ke kantor Kepala Kejaksaan Umum Ankara karena 'menghina presiden'. Ini adalah sebuah kejahatan di Turki yang dapat dihukum hingga empat tahun penjara.
“Tersangka Wilders, dalam kontennya menargetkan presiden (secara langsung) yang dipilih (oleh publik) pertama kami. Dia menggunakan ekspresi yang menghina kehormatan dan martabat presiden kami, dan melakukan kejahatan di depan umum dengan menargetkan kepribadian, martabat dan reputasinya,” isi dari tuntutan itu seperti dikutip Anadolu, Rabu 28 Oktober 2020.
Fasisme
Wilders adalah salah satu politisi sayap kanan paling terkemuka di Eropa dan telah menjadi tokoh kunci dalam membentuk debat imigrasi di Belanda selama dekade terakhir. Meskipun dia belum pernah menjabat di pemerintahan.“Fasisme tidak ada di buku kami, itu ada di bukumu. Keadilan sosial ada dalam buku kami, ”kata Erdogan menyasar kepada Wilders pada Minggu pada pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa di Provinsi Malatya timur.
Wilders, yang karier politiknya sebagian besar didasarkan pada retorika antiIslam yang keras, sering mengejutkan kemapanan politik Belanda dan menyinggung umat Islam.
Dia dibebaskan dalam sidang ujaran kebencian 2011 atas pernyataan yang menyamakan Islam dengan Nazisme dan menyerukan pelarangan Alquran. September lalu dia dibebaskan oleh pengadilan banding atas diskriminasi, meskipun pengadilan itu dijatuhi hukuman karena sengaja menghina Maroko sebagai sebuah kelompok.
Wilders, yang memimpin partai oposisi terbesar di parlemen Belanda, mengabaikan keluhan kriminal Turki dan menggambarkan Erdogan sebagai ‘pecundang’. Wilders telah hidup di bawah pengamanan ketat selama 16 tahun karena ancaman pembunuhan menyusul retorika antiIslam.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyebut tindakan Ankara melawan Wilders tidak dapat diterima dan mengatakan pemerintahnya akan mengangkat masalah dengan Turki.
“Di Belanda, kami menganggap kebebasan berekspresi sebagai kebaikan tertinggi. Dan kartun adalah bagian dari itu, termasuk kartun politisi,” kata Rutte kepada wartawan.
Menurut surat kabar Birgun, Erdogan terus-menerus menggugat orang karena tuduhan penghinaan sejak ia menjabat sebagai presiden pada 2014. Ribuan orang telah dihukum dan ebih dari 29.000 orang diadili atas tuduhan menghina Erdogan tahun lalu.
Dilarang dalam Islam
Tuntutan pidana Erdogan muncul saat keretakan yang semakin meluas memisahkan Prancis dan komunitas Muslim di seluruh dunia Arab dan Muslim atas kritik Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Islam pada awal Oktober.Pemenggalan mengerikan seorang guru Prancis - yang memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad selama pelajaran tentang kebebasan berbicara kepada siswa remaja - semakin meningkatkan perdebatan tentang Islam di Prancis.
Penggambaran visual nabi dilarang dalam Islam, dan keputusan pemerintah Prancis untuk memproyeksikan kartun itu di gedung pemerintah semakin membuat marah dunia Muslim. Erdogan menanggapi dengan mempertanyakan kesehatan mental presiden Prancis.
Baca: Uni Eropa Bersatu Bela Presiden Prancis dari Kecaman Erdogan.
Selama akhir pekan, umat Islam menyerukan pemboikotan barang-barang Prancis, sementara ada juga protes jalanan yang marah di seluruh dunia Muslim.
Devlet Bahceli, pemimpin Partai Gerakan Nasionalis Turki dan sekutu Erdogan, mengatakan pada Selasa bahwa Wilders memiliki "hubungan gelap dengan organisasi teroris ".
“Pemimpin Partai Kebebasan yang merosot telah membungkuk begitu rendah untuk menyebut presiden kita seorang teroris. Dia telah menunjukkan siapa sebenarnya teroris, fasis dan barbar,” kata Bahceli kepada parlemen.
Surat kabar pro-pemerintah Turki, Daily Sabah, menerbitkan editorial halaman depan pada Senin menyebut Wilders dan Macron sebagai "dua wajah kebencian, rasisme di Eropa".
Tanggapan Erdogan terhadap Macron dianggap "tidak dapat diterima" oleh beberapa pemimpin Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, serta Rutte.
(FJR)