“Israel memblokir Otoritas Palestina (PA) untuk mengirim vaksin covid-19 yang ditujukan untuk petugas kesehatan di Jalur Gaza karena menunggu keputusan politik,” kata kantor Israel yang mengontrol urusan sipil Palestina di Tepi Barat yang diduduki (Cogat), seperti dikutip Middle East Eye, Selasa 16 Februari 2021.
“PA telah meminta untuk mentransfer 1.000 dosis vaksin virus korona ke Gaza, tetapi permintaan ini sedang menunggu keputusan politik,” imbuh Cogat, kepada AFP.
Mengutip sumber-sumber Israel, AFP melaporkan bahwa mengizinkan transfer dari Tepi Barat ke Gaza bukanlah tindakan administratif sederhana di bawah lingkup Cogat. Izin datang dari keputusan politik yang mungkin terkait dengan pembicaraan antara Israel dan Hamas, kelompok politik yang mengatur Jalur Gaza.
Di bawah blokade oleh Israel sejak 2006, Jalur Gaza telah digambarkan sebagai "penjara terbuka terbesar di dunia".
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel memikul "tanggung jawab penuh" karena memblokir pengiriman.
"Hari ini, 2.000 dosis vaksin Sputnik V Rusia dipindahkan untuk memasuki Jalur Gaza, tetapi otoritas pendudukan mencegah masuknya mereka," tutur Kaila.
"Dosis ini dimaksudkan untuk staf medis yang bekerja di ruang perawatan intensif yang ditujukan untuk pasien covid-19, dan untuk staf yang bekerja di bagian gawat darurat," tambah pernyataan itu.
Otoritas Palestina, yang memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki mengatakan, akan membagi pasokan vaksinnya yang terbatas dengan wilayah pesisir.
Gaza belum menerima vaksin apa pun. Pihak berwenang di sana telah melaporkan lebih dari 53.000 kasus dan setidaknya 537 kematian sejak dimulainya pandemi.