"Kemenangan ini merupakan kebanggaan bagi Azerbaijan dan Turki," kata kementerian tersebut, dilansir dari Trend, Kamis, 3 Desember 2020.
Ucapan selamat ini disampaikan setelah lebih dari sebulan aksi militer Azerbaijan untuk membebaskan wilayahnya dari pendudukan Armenia. Baku mendesak Yerevan untuk menandatangani dokumen penyerahan.
Pernyataan bersama mengenai hal ini dibuat oleh Presiden Azerbaijan, Perdana Menteri Armenia, dan Presiden Rusia.
Gencatan senjata lengkap dan penghentian permusuhan di zona konflik Nagorno-Karabakh diberlakukan pada 10 November 2020 pukul 00.00 waktu Moskow.
Angkatan Bersenjata Armenia melancarkan serangan militer skala besar terhadap posisi tentara Azerbaijan di garis depan, menggunakan senjata kaliber besar, mortir, dan artileri pada 27 September. Azerbaijan menanggapi dengan serangan balik di seluruh front.
Pada Juli 2020, Angkatan Bersenjata Armenia melanggar gencatan senjata ke arah distrik Tovuz Azerbaijan. Akibat pembalasan Azerbaijan, pasukan lawan dibungkam.
Pertempuran berlanjut pada hari-hari berikutnya juga. Azerbaijan kehilangan sejumlah anggota militer, yang tewas dalam pertempuran akibat serangan Angkatan Bersenjata Armenia.
Kementerian Pertahanan di Baku mengatakan, "2.783 prajurit angkatan bersenjata Azerbaijan tewas dalam perang membela negara," seraya menambahkan bahwa identitas 103 tentara belum didapat melalui analisis DNA.
Kemudian 100 lebih tentara Azerbaijan hilang, kata pernyataan tersebut yang dikutip kantor berita AFP.
Sebelumnya Armenia telah mengumumkan bahwa 2.317 tentaranya tewas dalam perang di Nagorno-Karabakh, yang juga merenggut sedikitnya 93 warga sipil Azerbaijan dan 50 penduduk sipil Armenia. Sementara itu sekitar 90.000 orang atau 60 persen dari populasi wilayah sengketa tersebut, harus mengungsi.
(AZF)