Ketegangan di kawasan itu luar biasa tinggi setelah pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat. Sebuah tindakan yang masih belum diklaim oleh Iran disalahkan sekutu dekat AS, Israel.
Baca: Iran Janjikan PM Israel Respons Keras atas Kematian Fakhrizadeh.
Namun Juru Bicara Armada ke-5 AS Rebecca Rebarich mengatakan, kepada AFP bahwa kembalinya kelompok kapal induk yang dipimpin oleh USS Nimitz bertenaga nuklir itu tidak terkait dengan ‘ancaman khusus’.
"Tidak ada ancaman khusus yang memicu kembalinya Nimitz Carrier Strike Group," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP, Senin 30 November 2020.
"Kembalinya Nimitz berpusat pada menjaga kemampuan CENTCOM untuk tetap pada postur dan siap untuk membantu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan," kata Rebarich, mengacu pada Komando Pusat AS.
Pentagon sebelumnya mengatakan bahwa kelompok armada kapal induk akan memberikan dukungan tempur dan perlindungan udara ketika militer menarik ribuan pasukan dari Irak dan Afghanistan pada pertengahan Januari, di bawah perintah dari Presiden Donald Trump.
Sekitar 2.000 tentara akan ditarik dari Afghanistan dan 500 dari Irak, meninggalkan sekitar 2.500 di kedua negara.
Baca: Pembunuhan Fakhrizadeh, Warga Iran Bakar Bendera AS dan Israel.
Armada yang dipimpin oleh Nimitz -,salah satu kapal perang terbesar di dunia,- baru-baru ini bergabung dengan Australia, India, dan Jepang dalam latihan terjadwal di Laut Arab.
Akun Twitter Armada ke-5 menunjukkan gambar sayap udara Nimitz yang melakukan operasi penerbangan di sana pada Sabtu.
Kelompok armada kapal induk biasanya mencakup kapal penjelajah, skuadron perusak, dan sayap udara.
Kapal induk kelas Nimitz memiliki panjang lebih dari 300 meter. Kapal itu memiliki awak lebih dari 6.000, dan membawa hingga 90 helikopter dan pesawat sayap tetap.
(SUR)