Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) pada 2018 silam. Selain itu, Trump juga sangat 'menganakemaskan' Israel dalam kebijakan luar negerinya.
Pembunuhan Fakhrizadeh diperkirakan bisa menghambat perbaikan hubungan AS dengan Iran di era kepemimpinan Joe Biden ke depannya. Joe Biden terpilih sebagai presiden AS dan akan dilantik pada 20 Januari tahun depan.
Padahal, sebelumnya Iran berharap di bawah kepemimpinan Biden, AS akan kembali ke JCPOA.
"Perkembangan terakhir ini akan mempersulit Biden memperbaiki hubungan dengan Iran. Perkembangan terakhir ini mempersulit penanganan Amerika Serikat atas JCPOA," kata pengamat internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah kepada Medcom.id, Selasa, 1 Desember 2020.
"Keadaan ini meningkatkan simpati dunia atas Iran, karena konsisten membangun nuklir untuk tujuan damai," imbuhnya.
Baca juga: Iran Kecam Sikap Diam Organisasi Internasional Atas Pembunuhan Ilmuwan
Rezasyah menuturkan, saat ini masyarakat Iran tengah berkabung. Pasalnya sudah banyak ahli nuklir mereka yang terbunuh.
"Diperkirakan ke depannya Iran akan memperkuat pengamanan para tokoh-tokoh nuklir di dalam dan luar negeri," pungkas Rezasyah.
Fakhrizadeh diserang pada Jumat lalu di Damavand, dekat Teheran.
Para penyerang dilaporkan meledakkan kendaraan depan mobil sang ilmuwan dan menembakinya. Insiden ini melukai Fakhrizadeh dan pengawal yang bersamanya.
Fakhrizadeh langsung dilarikan ke rumah sakit. Namun, luka yang dideritanya terlalu parah dan dia meninggal di rumah sakit.
(FJR)