"Serangan terjadi pada Rabu petang pekan kemarin. Orang-orang berlari ke semak belukar untuk melindungi diri," kata Kolonel Omar Saranga, juru bicara Kemenhan Mozambik, dalam sebuah konferensi pers.
Baca: Militan Bunuh Sejumlah Orang dan Kuasai Kota di Mozambik
Melalui kedutaan besar di Mozambik, AS mengecam keras serangan di kota Palma dan menekankan kembali dukungannya terhadap masyarakat serta Angkatan Bersenjata Mozambik.
"Kedubes sangat khawatir atas serangan teroris terhadap masyarakat Cabo Delgado yang telah begitu menderita," ungkap pihak kedutaan di kota Maputo, dilansir dari laman The East African.
Washington menambahkan bahwa pemerintahan AS akan terus memonitor situasi dan berkoordinasi dengan Pemerintah Mozambik dalam melawan terorisme dan ekstremisme.
Sementara itu, upaya penyelamatan sejumlah warga sipil di kota Palma terus berlanjut hingga Rabu ini, 31 Maret 2021. "Kami telah menyelamatkan 120 orang yang melarikan diri dan bersembunyi di sejumlah kamp," kata Lionel Dyck, CEO dari Dyck Advisory Group, kepada media SABC.
Dyck Advisory Group dihubungi Pemerintah Mozambik dan beberapa perusahaan gas di kota Palma untuk turut membantu menyelamatkan warga sipil di kota Palma. Dyck mengatakan bahwa grupnya berhasil menyelamatkan sejumlah warga ke beberapa lokasi aman.
Grup bersenjata yang menyerang kota Palma disebut sebagai al-Shabab, walau tidak terkait dengan grup bernama sama di Somalia. Grup tersebut telah beraksi di Mozambik utara sejak akhir 2017, membunuh ratusan orang dan menguasai sejumlah kota serta desa.
Menurut Dyck, grup penyerang di kota Palma awalnya adalah sekelompok "bandit" yang kemudian mengklaim terafiliasi dengan Islamic State (ISIS). Sejak saat itu, lanjut Dyck, al-Shabab di Mozambik pun menjadi ancaman serius.
(WIL)