"Pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Hassan Rouhani bukan prioritas utama. Prioritas kami adalah apakah kita dapat memulai kembali jalur menurunkan ketegangan," katanya kepada awak media, dilansir dari Middle East Monitor, Senin, 23 September 2019.
Prancis memimpin upaya Eropa untuk mencoba meredakan ketegangan antara Washington dan Teheran. Meski demikian, upaya mereka terhenti karena Iran mengurangi komitmennya pada perjanjian nuklir 2015.
Ketegangan Iran dan AS kembali memanas pertengahan tahun ini. Dimulai dengan penyerangan kapal tanker minyak, kemudian yang terakhir serangan terhadap kilang minyak Arab Saudi.
Washington dan Riyadh menuding Iran sebagai pelaku penyerangan kilang minyak di Abqaiq dan Khurais, meski pemberontak Houthi asal Yaman adalah pihak yang mengklaim serangan. Teheran menyangkal tuduhan tersebut.
AS telah mengirim pasukan tambahan ke wilayah Teluk dalam merespons serangan kilang minyak. Presiden Iran Hassan Rouhani meresponsnya lewat pidato, dan meminta agar seluruh pasukan asing untuk menjauhi wilayah Teluk.
"Pasukan asing dapat menyebabkan masalah keamanan bagi warga kita dan juga wilayah ini," ujar Rouhani.
"Semakin jauh kalian semua menjauh dari kawasan dan negara kami, maka keamanan akan semakin terjaga," kata Rouhani.
Washington mengklaim pengiriman tambahan pasukan merupakan permintaan langsung Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
(WIL)