Perjanjian internasional ini akan membantu dunia menangani keadaan darurat kesehatan di masa depan seperti pandemi covid-19 yang sekarang melanda dunia.
Gagasan perjanjian semacam itu, yang akan memastikan akses universal dan adil terhadap vaksin, obat-obatan dan diagnostik untuk pandemi, dilontarkan oleh Presiden Komisi Eropa Charles Michel pada pertemuan puncak G20 November lalu.
Pada Selasa mendapat dukungan resmi dari para pemimpin Albania, Chile, Kosta Rika, Fiji, Prancis, Jerman, Yunani, Indonesia, Kenya, Belanda, Norwegia, Portugal, Rumania, Rwanda, Senegal, Serbia, Afrika Selatan, Korea Selatan. Pemimpin lain yang mendukung termasuk dari Spanyol, Trinidad dan Tobago, Tunisia, Ukraina, Inggris dan WHO.
"Akan ada pandemi lain dan keadaan darurat kesehatan besar lainnya. Tidak ada satu pun lembaga pemerintah atau multilateral yang dapat menangani ancaman ini sendirian," tulis para pemimpin itu dalam artikel opini bersama, seperti dikutip AFP, Selasa, 30 Maret 2021.
"Kami percaya bahwa negara-negara harus bekerja sama menuju perjanjian internasional baru untuk kesiapsiagaan dan tanggapan pandemi," tegas para pemimpin.
Para pemimpin menambahkan, tujuan utama dari perjanjian semacam itu adalah untuk memperkuat ketahanan dunia terhadap pandemi di masa depan melalui sistem kewaspadaan yang lebih baik, berbagi data, penelitian dan produksi serta distribusi vaksin, obat-obatan, diagnostik, dan alat pelindung diri.
Perjanjian tersebut juga akan menyatakan bahwa kesehatan manusia, hewan, dan planet semuanya terhubung dan harus mengarah pada tanggung jawab bersama, transparansi, dan kerja sama secara global.
"Kami yakin bahwa itu adalah tanggung jawab kami. Sebagai pemimpin negara dan lembaga internasional, sudah sepatutnya memastikan bahwa dunia belajar dari pandemi covid-19," pungkas para pemimpin itu.
(FJR)