"Saya sangat ingin membuat mereka semua jengkel, dan kami akan terus melakukan hal ini hingga akhir," ujar Macron kepada surat kabar Le Parisien, dilansir dari BBC, Rabu, 5 Januari 2022.
 
Sejumlah rival politik Macron menilai peringatan semacam itu tak pantas diucapkan oleh seorang presiden. Pernyataan Macron disampaikan di saat kebijakan "paspor vaksin" Prancis terhambat oleh persatuan kelompok oposisi yang menentang rencana tersebut.
Perdebatan di parlemen Prancis atas rancangan undang-undang paspor vaksin terhenti pada Selasa malam oleh penentangan oposisi. RUU itu seharusnya bisa disahkan pekan ini, namun terus mendapat kecaman dari kelompok anti-vaksin dan sejumlah politisi.
Baca: Parlemen Prancis Setujui UU Paspor Vaksin di Tengah Protes Masyarakat
Dalam sebuah wawancara dengan Le Parisien pada Selasa kemarin, Macron mengaku tidak akan pernah "memaksakan vaksinasi" kepada warga. Ia hanya ingin berbagai pembatasan yang ketat pada akhirnya membuat mereka bersedia divaksinasi.
"Saya tidak akan menjebloskan (warga yang belum divaksinasi) ke penjara," tegas Macron. "Kami hanya akan mengatakan bahwa mulai 15 Januari, kalian tidak akan bisa lagi pergi ke restoran, tidak bisa lagi minum kopi di kafe, menyaksikan pertunjukan di teater, atau menonton film di bioskop," ungkapnya.
Bahasa yang digunakan Macron dalam tekadnya membuat "jengkel" warga yang belum divaksinasi dianggap kasar dalam Bahasa Prancis. Hal ini memicu penentangan keras di kubu oposisi.
"Tidak ada darurat kesehatan yang membenarkan ucapan seperti itu," sebut Bruno Retailleau, pemimpin Senat sayap kanan Prancis.
"Emmanuel Macron pernah berkata ingin belajar mencintai masyarakat Prancis, tapi kelihatannya ia justru membuat mereka marah," sambungnya.
Pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, juga melontarkan kritik via Twitter. "Seorang presiden tidak seharusnya berkata seperti itu. Emmanuel Macron tidak pantas menjadi presiden," tulisnya.
(WIL)