Dalam sebuah pernyataan gabungan, AS bersama 13 negara termasuk Inggris, Jepang, dan Australia, menyebut laporan gabungan WHO-Tiongkok minim data dan sampel.
"Merupakan hal penting bagi para ahli dalam mendapatkan akses penuh terhadap data seputar manusia, hewan, dan lingkungan serta personel-personel yang terlibat dalam fase awal wabah untuk menentukan bagaimana pandemi ini bisa terjadi," ujar pernyataan gabungan AS dan 13 negara lain, dikutip dari laman AFP pada Rabu, 31 Maret 2021.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga melontarkan kritikan serupa, dengan mengatakan bahwa tim internasional yang dikirim ke kota Wuhan kesulitan mendapatkan sejumlah data.
Baik AS maupun Dirjen WHO sama-sama tidak menyebutkan nama Tiongkok secara eksplisit saat menyampaikan kritikan mereka.
Meski begitu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyerang balik pernyataan AS dan Tedros. Beijing menegaskan bahwa pihaknya sudah begitu terbuka dan transparan saat mengizinkan kedatangan tim internasional ke Wuhan, kota tempat pertama kalinya Covid-19 muncul di akhir 2019.
"Mempolitisasi isu ini hanya akan mengganggu kerja sama global dalam mempelajari asal-usul (Covid-19). Politisasi juga dapat merusak kerja sama anti-pandemi yang berpotensi menelan lebih banyak korban jiwa," tutur Kemenlu Tiongkok.
Uni Eropa memandang laporan gabungan WHO-Tiongkok sebagai sebuah "langkah awal" yang cukup membantu. Namun UE menegaskan "studi lebih lanjut" diperlukan dengan didukung oleh "otoritas-otoritas terkait."
Mike Pompeo, mantan Menlu AS di era Donald Trump, menyebut laporan gabungan WHO-Tiongkok sebagai sebuah dokumen "palsu" yang merupakan bagian dari "kampanye disinformasi." Ia juga menuduh WHO telah bersekongkol dengan Tiongkok.
Sejak awak pandemi, Trump mendorong sebuah teori bahwa Covid-19 kemungkinan bocor dari sebuah laboratorium di Wuhan. Namun dalam laporan gabungan WHO-Tiongkok, hipotesis tersebut "kemungkinan besar tidak mungkin" terjadi walau tidak 100 persen bisa dikesampingkan.
Tedros menegaskan, studi lebih lanjut mengenai hipotesis Covid-19 bocor dari sebuah lab perlu diinvestigasi lebih lanjut dengan melibatkan jajaran pakar spesialis.
Baca: WHO: Hipotesis Covid-19 Bocor dari Lab Perlu Diinvestigasi Lagi
(WIL)