Trump dituduh menghasut huru-hara di area Gedung Capitol pada 6 Januari lalu, yang berujung pada tewasnya lima orang. Trump membantah tuduhan tersebut.
Sebagian besar senator Partai Republik terindikasi tidak akan menyatakan Trump bersalah atas kerusuhan di Gedung Capitol.
Dikutip dari laman BBC pada Sabtu, 13 Februari 2021, tim pengacara Trump mencoba mengakhiri sidang pemakzulan kedua dengan cepat. Setelah ini, jajaran senator AS akan diberi waktu empat jam untuk mengajukan pernyataan kepada kubu Demokrat dan Trump.
Sebelumnya, kubu Demokrat menghadirkan rangkaian video dan audio untuk menunjukkan bahwa Trump memiliki kecenderungan menghasut aksi kekerasan. Dalam kerusuhan di Gedung Capitol, Demokrat menilai Trump telah menghasut massa dan tidak melakukan apa-apa dalam menghentikannya.
Tidak hanya itu, Demokrat juga menilai Trump tidak memperlihatkan penyesalan meski kerusuhan di Gedung Capitol menewaskan lima orang. Demokrat menilai jika Trump dinyatakan tidak bersalah, maka kerusuhan serupa dapat terjadi lagi di masa mendatang.
Baca: Di Sidang Pemakzulan, Demokrat Tak Yakin Trump Akan Hentikan Kekerasan
Dalam sidang pemakzulan pada Jumat kemarin, van der Veen menggunakan pernyataan pembukanya untuk menentang dakwaan Demokrat, bahwa Trump telah meminta para pendukungnya untuk berkumpul di Gedung Capitol beberapa saat sebelum kerusuhan. Ia menyebutkan adanya bukti bahwa sejumlah kelompok telah merencanakan serangan ke Gedung Capitol jauh-jauh hari sebelum kejadian.
"Anda tentu tidak bisa menghasut sesuatu yang memang akan terjadi," kata van der Veen.
"Klaim bahwa presiden menginginkan atau mendorong aksi kekerasan (di Gedung Capitol) merupakan sebuah kebohongan besar. Faktanya, dua pesan pertama yang disampaikan presiden via Twitter saat dimulainya kerusuhan di Gedung Capitol adalah 'tetap damai' dan 'tidak boleh ada kekerasan karena kita adalah partai berbasis hukum dan ketertiban,'" sambungnya.
Mengenai ucapan "berjuang habis-habisan" yang diucapkan Trump, van der Veen menyebutnya hanya sebagai pidato politik. Demokrat menilai ucapan tersebut dilontarkan Trump dalam mendorong para pendukungnya untuk menggagalkan proses pengesahan kemenangan Joe Biden.
"Ini bukan hanya upaya untuk mencoreng nama Presiden Trump, tapi juga 75 jutan warga Amerika yang memilihnya," tutur van der Veen.
(WIL)