Pemerintah Guinea telah mendeklarasikan Ebola sebagai epidemi setelah tiga warganya meninggal akibat virus tersebut. Empat orang yang mengurusi pemakaman salah satu pasien Ebola dilaporkan mulai memperlihatkan gejala seperti diare dan muntah-muntah.
Baca: Guinea Deklarasikan Epidemi Ebola usai Tiga Kematian
WHO menegaskan pihaknya akan mempercepat upaya bantuan kepada Guinea, dan memastikan negara tersebut mendapatkan akses terhadap vaksin Ebola.
"Kami akan segera mengirim aset-aset krusial untuk membantu Guinea," kata perwakilan WHO Alfred George Ki-Zerbo, dilansir dari laman The National pada Senin, 15 Februari 2021.
"Saat ini WHO sedang bersiaga penuh dan berkoordinasi dengan manufaktur (vaksin Ebola) untuk memastikan tersalurkannya dosis yang cukup sesegera mungkin," sambung dia.
Sejak 2016, WHO mengawasi secara seksama setiap kali Ebola muncul di negara tertentu. Sebelum epidemi di Guinea, Ebola yang muncul di Republik Demokratik Kongo belum lama ini sudah dinyatakan WHO sebagai darurat kesehatan internasional.
Orang pertama yang dikuburkan terkait Ebola pada 1 Februari lalu di Guinea adalah perawat dari seorang pusat kesehatan lokal. Ia meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan atas penyakit Ebola di Nzerekore, kota yang berbatasan dengan Liberia dan Pantai Gading.
Wabah Ebola 2013-2016 di Afrika Barat dimulai di Nzerekore, kota yang berada di perbatasan tiga negara. Wabah kala itu menewaskan setidaknya 11.300 orang, dengan mayoritas kasus berada di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
Memerangi Ebola akan memperberat beban layanan kesehatan yang juga sedang menangani pandemi Covid-19. Guinea, negara dengan total populasi sekitar 12 juta jiwa, sejauh ini mencatat 14.895 kasus Covid-19 dengan 84 kematian.
(WIL)